REFRESING

REFRESING
GILI TRAWANGAN

Selasa, 30 Oktober 2012

ATEROSKLEROSIS


BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Aterosklerosis adalah suatu kondisi berupa pengumpulan lemak ( lipid ) di sepanjang dinding arteri. Lemak ini kemudian mengental, mengeras (membentuk deposit kalsium), dan akhirnya mempersempit saluran arteri sehingga mengurangi suplai oksigen maupun darah ke organ-organ tubuh. Timbunan lemak yang mengeras di dinding arteri ini disebut plak. Bila plak menutupi saluran arteri sepenuhnya, jaringan yang disuplai oleh arteri akan mati. Bila arteri jantung ( arteri koroner ) yang tersumbat, Anda akan terkena angina, serangan jantung, gagal jantung kongestif, atau irama jantung abnormal. Bila arteri otak ( arteri serebral ) yang tersumbat, Anda akan terkena stroke, baik stroke ringan ataupun stroke berat.
Komplikasi aterosklerosis terjadi bila sebuah plak pecah dan bermigrasi melalui arteri ke bagian lain. Plak yang beredar ini disebut emboli atau embolus, yang terdiri tidak hanya lemak tapi juga sel-sel mati, gumpalan darah dan jaringan berserat yang tercerabut. Emboli dapat menyebabkan kerusakan karena menghalangi aliran darah di tempat tujuan, sehingga jaringan kekurangan oksigen dan mati.
B.       Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB 3
2.      Memahami teori mengenai penyakit aterosklerosis
3.      Memahami Askep dengan kasus aterosklerosis



BAB II

TINJAUAN TEORI
A.           Definisi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag diseluruh kedalaman tunika intima (lapisan endotel) dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). (J. Corwin Elizabeth, 2009).
Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri dengan kehilangan elastisitas.  (Robbin & Cotran, 2009).
B.            Penyebab
Aterosklerosis terjadi akibat disfungsi sel endotel yang melapisi arteri. Aterosklerosis mengaktifkan reaksi inflamasi dan, pada banyak kasus, menghasilkan radikal bebas. Kerusakan dapat terjadi akibat cedera fisik, seperti hipertensi, atau cedera kimia, seperti peningkatan LDL, infeksi, pajanan logam berat atau pajanan kimia.
C.     Patofisiologi
Akibat langsung aterosklerosis pada arteri meliputi penyempitan (stenosis) lumen,obstruksi oleh trombosis, aneurisma (dilatasi abnormal pembuluh darah), ulkus dan ruptur. Akibat tidak langsungnya adalah malnutrisi dan fibrosis organ yang disuplai oleh arteri yang sklerotik tersebut. Semua sel yang berfungsi aktif memerlukan suplai darah yang kaya akan nutrisi dan oksigen dan peka terhadap setiap penurunan suplai nutrisi tersebut. Bila penurunan tersebut berat dan permanen, sel-sel tersebut akan mengalami nekrosis (kematian sel akibat kekurangan aliran darah) dan diganti oleh jaringan fibrosa yang tidak memerlukan banyak nutrisi. Aterosklerosis terutama mengenai arteri utama sepanjang percabangan arteri biasanya berbentuk bercak-bercak. Cabang arteri yang terkena biasanya pada bagian bifurkasio.
Banyak teori berusaha menjelaskan mengapa dan bagaimana ateroma terbentuk. Lesi utama yaitu ateroma merupakan plak lemak dengan penutup jaringan fibrosa perlahan-lahan menutup lumen pembuluh darah. Tidak satupun teori yang secara lengkap menjelaskan patogenesisnya, namun beberapa bagian dari berbagai teori tersebut dapat dikombinasikan menjadi teori “Reaksi terhadap Cedera.” Menurut teori ini cedera sel endotelial pembuluh darah diakibatkan oleh gaya hemodinamika berkepanjangan seperti gaya-gaya robekan dan aliran turbulensi, radiasi, bahan kimia, atau hiperlipidemia kronis terjadi pada system arteri. Cedera pada endotelium meningkatkan agregasi trombosit dan monosit pada tempat cedera. Sel otot polos akan bermigrasi dan berploriferasi sehingga terbentuklah matriks kolagen dan serabut elastis. Mungkin tidak ada penyebab atau mekanisme tunggal dalam pembentukan aterosklerosis melainkan melibatkan berbagai proses. Secara morfologis lesi aterosklerosis terdiri atas dua jenis : bercak lemak dan plak fibrosa. Bercak lemak berwarna kuning dan halus, sedikit menonjol kedalam lumen arteri dan tersusun atas lemak dan sel-sel otot polos yang memanjang. Lesi seperti ini dapat dijumpai pada semua kelompok umur termasuk anak-anak. Belum jelas apakah bercak lemak tersebut merupakan predisposisi pembentukan plak fibrosa atau dapat menghilang lagi. Biasanya tidak menimbulkan gejala klinis. Plak fibrosa merupakan ciri khas aterosklerosis, tersusun oleh sel otot polos, serabut kolagen, komponen plasma dan lemak. Berwarna putih sampai kuning keputihan dan menonjol dalam berbagai derajat ke lumen, sampai suatu saat tonjolan tersebut menyumbat. Plak ini terutama ditemukan di aorta abdominal, arteri koroner, poplitea dan karotis interna. Plak ini dianggap tidak reversible. Penyempitan bertahap lumen arteri saat proses penyakit berkembang, menstimulasi perkembangan sirkulasi kolateral. “jalan pintas” pembuluh darah tersebut memungkinkan perfusi berlanjut ke jaringan di bagian atas sumbatan arteri, tetapi biasanya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya dan terjadilah iskemia. Pembuluh kolateral bisa memenuhi kebutuhan jaringan atau bisa juga tidak. Skema patofisiologi penyakit dikaitkan dengan munculnya masalah keperawatan dapat dilihat pada lampiran.
D.     Faktor Resiko
Mayor
Minor, tidak pasti, non kuantitatif
Usia
Obesitas
Jenis Kelamin
Aktivitas fisik yang kurang
Riwayat Keluarga
Stress
Genetik
Defisiensi estrogen pascamanopause
Yang berpotensi dapat dikendalikan
Karbohidrat yang tinggi
Hiperlipidemia

Hipertensi

Merokok

Diabetes Melitus




E.  Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis aterosklerosis biasanya terjadi pada tahap akhir perjalanan penyakit. Gejala aterosklerosis tersebut meliputi:
1.      Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan kram di ekstremitas bawah, terutama terjadi selama atau setelah olahraga. Klaudikasio intermiten disebabkan buruknya aliran darah yang melewati pembuluh aterosklerotik yang memperdarahi tungkai bawah. Pada saat kebutuhan oksigen otot tungkai akan meningkat, maka aliran yang terbatas tersebut tidak dapat menyuplai oksigen yang dibutuhkan dan terjadi nyeri akibat iskemia otot. Seiring dengan memburuknya aterosklerosis, nyeri intermiten dapat berkembang menjadi nyeri saat istirahat karena pada kebutuhan oksigen yang normal sekalipun tidak dapat dipenuhi.
2.      Peka terhadap rasa dingin karena aliran darah ke ekstremitas tidak adekuat.
3.      Perubahan warna kulit karena berkurangnya aliran darah ke suatu daerah are tubuh.akibat iskemia, area daerah tersebut menjadi pucat. Hal ini diikuti oleh respon autoregulasi local sehingga hyperemia ( peningkatan aliran darah ) ke daerah tersebut sehingga kulit berwarna merah.
4.      Dapat diraba penurunan denyut arteri disebelah hilir dari lesi aterosklertik. Apabila aliran darah tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan metabolic, dapat terjadi nekrosis sel dan ganggren.
F.  Pemeriksaan Diagnostik
1.      Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dapat mengindikasikan adanya factor resiko untuk aterosklerosis. Kadar kolesterol dalam darah diatas 180 mg/dl dianggap meningkat, dan individu tersebut dianggap sangat beresiko mengidap penyakit arteri koroner.
2.      Tekhnik non invasive yang disebut reactive hyperemia peripheral arterial tonometry (RH-PT) digunakan untuk mengevaluasi potensi aterosklerosis stadium awal pada individu. Aliran balik volume darah dari jari diukur setelah periode singkat iskemia buatan. Aliranbalik yang lebam pada ekstremitas merupakan teori untuk menduga disfungsi endotel yang serupa pada tingkat arteri koroner.
3.      Pemeriksaan pencitraan radiologic arteri memungkinkan kita memvisualisasikan lesi aterosklerotik. Pengidentifikasian dan pemantauan aterosklerosis mungkin dilakukan menggunakan alat pemindaian (CT) koroner atau arteri karotis, ultrasonoggrafi, atau MRI.
G.  Komplikasi
1.      Hipertensi dapat terjadi akibat aterosklerosis yang lama. demikian juga dengan hipertensi dan gaya regang yang kuat juga dapat menyebabkan aterosklerosis. Karena pembentukan thrombus, jaringan parut, dan proliferasi sel otot polos, lumen arteri berkurang dan resistensi terhadap aliran darah yang melintasi arteri meningkat . ventrikel kiri harus memompa lebih kuat untuk menghasilkan cukup gaya yang mendorong darah melewati system vaskuler aterosklerotik yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic sehingga dapat terjadi hipertensi.
2.      Thrombus dapat terlepas dari plak aterosklerotik. Hal ini dapat menyebabkan obstruksi alirah darah dihilir, akibatnya dapat terjadi stroke apabila pembuluh darah otak yang tersumba, atau infark miokardium jika pembuluh darah darah jantung yang tersumbat.
3.      Pembentukan aneurisma, yaitu pelemahan arteri, dapat terjadi akibat aterosklerosis, aneurisma tersebut dapat pecah dan menyebabkan stroke apabila terletak di pembuluh serebral.
4.      Vasospasme dapat terjadi di pembuluh yang aterosklerotik. Sel endotel normal berfungsi untuk menghambat berbagai zat vasoaktif agar tidak secara langsung berikatan dengan, dan bekerja pada sel oto polos tunika media. Apabila lapisan ebdotel tersebut tidak utuh, peptide- peptide tertentu seperti serotonin dan asetilkolin dapat berdifusi langsung ke lapisan oto polos dibawahnya, menyebabkan sel otot polos berkonstriksi. Respons ini mungkin berperan pada spasme arteri koroner, atau spasme arteri serebral yang dikenal sebagai serangan iskemia transien (transient ischemic attacks). Kerusakan pada lapisan endotel juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi pada pria, akrena vasodilatasi arteri penis diperlukan untuk terjadinya ereksi.
H.   Penatalaksanaan
1.      Modifikasi diet dapat menurunkan kadar LDL dan memperbaiki kadar HDL. Makanan tinggi serat (buah- buahan, sayuran, padi- padian), lemak ikan ( asam lemak omega 3), produk kacang kedelai (isoflavon), dan bawang putih telah terbukti menurunkan kolesterol LDL.
2.      Terapi atau obat seringkali digunakan untuk menurunkan  kadar kolesterol total dan kadar trigliserida serta memperbaiki HDL. Obat yang dikenal sebagai statin, ;terbukti efektif, meskipun ada kontraindikasi dan efek samping yang mungkin serius.
3.      Aspirin atau obat anti trombisit untuk mengurangi resiko pembentukan thrombus.
4.      Olahraga atau latihan fisik yang terprogran dapat menurunkan LDL, meningkatkan konsentrasi HDL, dan menurunkan berat badan. Olahraga juga dapat meningkatkan pembentukan pembuluh kolateral disekitar bagian yang tersumbat.
5.      Kadar glukosa kadar gula darah perlu dikontrol ketat untuk pasien pengidap diabetes.
6.      Pasien aterosklerotik harus menghentikan kebiasaan merokok karena efek senyawa asap rokok dapat merusak dinding sel endotel.
7.      Obat anti hipertensi akan mengurangi gaya regang pada dinding endotel.
8.      Oksida nitrat atau nitrogliserin mungkin diberikan pada pasien vasosapasme untuk merelaksasi dinding pembuluh darah.
9.      Obat anti virus mungkin memberikan perlindungan terhadap cedera akibat proses infeksi pada lapisan endotel.
10.  Donor darah oleh pria sebanyak tiga kali dalam setahun akan menurunkan kadar besi sampai ketingkat seperti wanita yang sedang haid,sehingga menurunkan cedera oksidatif.








BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN ATEROSKLEROSIS
A.    Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh, semua data atau informasi klien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan pengkajian pada klien aterosklerosis.
1. Aktivitas dan istirahat.
Kelemahan, kelelahan,ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tacycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
2. Sirkulasi
a.    Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
b.   Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnnya capilary refill time, distritmia.
c.   Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
d.   Heaet rate munkin meningkat atau mengalami penurunan (tachy bradi cardia ).
e.    Irama jantung mungkin ireguler atau juga normaI.
f.    Edama:Jugular vena distension,odema anasarka,crackles mungkin juga timbul dengaan gagal jantung.
g.    Warna kulit mungkin pucat baik bibir dan di kuku.
3. Eliminasi.
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan barat badan.
5. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar padasaat melakukan aktivitas.
6. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
7. Kenyamanan
a.    Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan dengan nitrogliserin.
b.    Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
c.    Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang pernah dialami.Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis, penurunan kontak mata ,perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
8. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktifitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis.Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanisis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesukuler.Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
9. Interaksi sosial
Stress,kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tidak terkontrol.
10. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
B.    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah masalah keperawatan yang actual (yang sudah terjadi) dan potensial (kemungkinan akan terjadi) yang dapat ditangani dengan intervensi keperawatan, maka diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada penderita aterosklerosis adalah:Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.
  1. Gangguan rasa nyaman:nyeri b.d iskemia miokard Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
  2. Resiko terjadinya penurunan kardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama konduksi jantuna, menurunnya preload atau peningkatatan SVR, miocardial infark.
  3. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hopovolemia
4.      Gangguan rasa nyaman:nyeri b.d iskemia miokard
C.    Rencana Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan di laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di tetapkan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Intervensi untuk klien dengan gangguan aterosklerosis adalah sebagai berikut :
1.    Resiko terjadinya penurunan kardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama konduksi jantung, menurunnya preload atau peningkatatan SVR, miocardial infark.
Tujuan : fungsi jantung/cardiak out-put meningkat adekuat setelah tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1)   Catat/pantau TTV, HR,TD,RR, terutama adanya hipotensi, waspadai penurunan sistole/diastole.
R: adanya hipotensi menunjukan adanya disfngsi ventrikel dan semua TTV menunjukan adanya fenomena ketidakseimbangan baik tekanan darah maupun kontraksi otot jantung.
2)  Catat/obs adanya disritmia, kualitas denyut nadi dan observasi respon pasien.
R: disritmia menunjukan kelainan kontraktilitas jantung, diasamping   juga adanya penurunan kualitas denyut nadi, semua menunjukan kualitas aliran darah secara sistemik, bila ada kelainan-kelainan tersebut dapat dipantau secara berlanjut.
2.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dankebutuhan oksigen,adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan: Aktivitas baik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
1)  Observasi perubahan status mental/orientasi/gerakan reflek tubuh/gelisah.
R: adanya perubahan mental dan tingkat kesadaran dapat terjadi bila oksigenasi ke otak menurun, hal ini dapat terjadi karena kondisi sirkulasi yang tidak adekuat.
2)    Catat kualitas nadi perifer dan suhu kulit.
R: Nadi perifer memberikan indikasi adanya sirkulasi sistemik, bila nadi perifer tidak teraba menunjukan aliran darah ke perifer tidak adekuat, demikian juga kenaikan/penurunan suhu kulit sebagai indikasi sirkulasi perifer adekuat/tidak.
3)    Ukur dan catat intake-output balance cairan.
R: C Out-put merupakan volume darah hasil dari pompa ventrikel, dengan penurunan CO dapat diindikasikan adanya kekurang cairan,maka penting untuk tetap menghitung balance cairan.
4)    Bantu aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan pasien.
R:  Mengurangi dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan oksigen dan suplai oksigen.
5)    Kaji ulang ECG secra berseri setiap 24 jam.
R: Ecg berseri dapat melihat perkembangan dan kelainan kerja jantung secara bertahap.
6)    Laporkan adanya hipotensi dan adanya ketidakseimbangan cairan.
R: adanya hipotensi menunjukan ketidakseimbangan cairan, dan ini menyebakan oksigenasi ke sistemik tidak adekuat, perlu dicatat dan dilaporkan untuk mendapat terapi lebih lanjut.
3. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan  penurunan tekanan darah, hopovolemia
1)    Berikan Oksigen sesuai indikasi.
R: Memberikan support tambahan kebutuhan oksigen secara manual sesuai kebutuhan Oksigen jaringan dan agar kerja jantung dapat mengimbangi suplai dan kebutuhan O2 secara adekuat.
2)    Berikan IV line sesuai program.
       R: Pemberian IV line disamping menjaga keseimbangan cairan dan mencegah terjadinya kekurangan cairan karena fungsi sistemik cairan yang tidak adekuat, fungsi lai untuk memudahkan memberikan injeksi obat secara cepat dan efisien.
3)    Berikan obat-obatan inotropik, digitalis sesuai program
R: meningkatkan kontraktilitas jantung dan mengatasi disritmia jantung.
4)   Pantau CVP17
R: mengetahui keadekuatan cairan secara central dan akurat.

4. Gangguan rasa nyaman:nyeri b.d iskemia miokard
Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam.
Intervensi yang direncanakan:
1)    Kaji tingkat nyeri dada dan abdomen
R: menentukan tingkat keparahan penyebab nyeri dada dan abdomen, nyeri dada timbul karena inefektif darin suplai darah ke jantung, nyeri abdomen dikarenakan adanya pembesaran dari hati hal ini disebabkan adanya pembendungan vena portal sehiingga membuat arus balik dari sistem sirkulasi.
2)  Observasi/pantau adanya cemas/gelisah
R: Ketidakadekuatan dari oksigen ke otak membuat pasien gelisah
3)  Catat/pantau TTV
R: Sebagai pantau kestabilan dari hemodinamik dan respon tubuh secara dini
4)  Berikan posisi nyaman dan ajarkan tehnik relaksasi
R: Posisi memberikan rasa nyaman dan tehnik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
5)  Bantu perawatan diri
 R: Mengurangi stressor penyebab nyeri yang timbul, semakin
banyak oksigen yang dibutuhkan semakin membuat pasien menjadi nyeri, seperti aktifitas sehari-hari ini dapat dibantu
6)  Identifikasi/dorong penggunaan prilaku adaptif
R: Mengurangi tingkat stressor pasien sehingga nyeri berkurang
7)  Kolaborasi: - Berikan obat anti nyeri sesuai indikasi
R: Obat-obatan yang bersifat menekan sistem saraf yang dapat menurunkan nyeri.











BAB III

PENUTUP
A.           Kesimpulan
          Dari beberapa pengertian aterosklerosis, penulis mencoba menyimpulkan pengertian dari aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penyakit yang disebabkan oleh sempitnya pembuluh darah akibat timbunan lemak yang meningkat di dinding pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi tersumbat. Timbunan tersebut bukan hanya lemak tetapi ada juga  substansi lain berupa trombosit, makrofag, leukosit, produk sampah seluler, kalsium dan lain-lain.
           Awalnya seluruh endapan lemak terbentuk di dalam lapisan arteri.di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media. Pertumbuhan ini disebut dengan pla
















DAFTAR PUSTAKA

corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC
Doenges M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta.
Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hanafi, Muin Rahman, Harun. 1997. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FKUI
Kalim H. 2001. Penyakit Kardiovaskuler dari Pediatrik sampai Geriatrik. Jakarta: Balai Penerbit RS Jantung Harapan kita
Robbins & Cotran. 2009. Buku Saku Dasar patologi penyakit. Jakarta: EGC