REFRESING

REFRESING
GILI TRAWANGAN

Kamis, 20 Juni 2013

Prosedur Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik. Sedangkan tekanan terendah terjadi saat jantung beristirahat yang disebut tekanan diastolik. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sfigmomanometer dan stetoskop.
Sfigmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Sejak itu,sphygmomanometer air raksa telah digunakan sebagai standar emas pengukuran tekanan darah oleh para dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Para dokter tidak meragukan untuk menempatkan kepercayaan mereka kepada tensimeter air raksa ini.
Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.
Sfigmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis.
Agar sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:
  1. Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).
  2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg ( ke 198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor.
  3. Laju Penurunan kecepatan dari 200mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.
  4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.
Penurunan raksa yang lambat ini dapat disebabkan oleh keadaan berikut:
  1. Saringan yang mampet karena dipakai terlalu lama
  2. Tabung kaca kotor (air raksa oksidasi)
  3. Udara atau debu di air raksa
Alasan yang pertama mudah kelihatan. Ada dua saringan dalam setiap sphygmomanometer air raksa yaitu di lubang tabung kaca dan tendon. Saringan di atas tabung kaca dapat menjadi tersumbat dengan mudah. Ketika air raksa menyentuh saringan, akan terjadi kelebihan tekanan. Penanganan yang tidak baik setelah dipakai yaitu membiarkan air raksa di tabung kaca dan tidak kembali ke tabung air raksa.
Alasan yang kedua berkaitan dengan fakta bahwa air raksa adalah suatu logam berat dan berisi material yang tidak murni. Keadaan ini menyebabkan dalam waktu yang lama akan mengotori tabung gelas/kaca. Akibatnya gerakan raksa saat turun terhambat.
Alasan yang ketiga adalah masuknya gelembung udara. Ini disebabkan oleh cara penanganan yang tidak sesuai dari sphygmomanometer air raksa. Debu dapat masuk lewat udara. Memindahkan sphygmomanometer air raksa tanpa mengunci air raksa kembali ke kontainer dan meninggalkan klep membuka dapat menghasilkan suatu gelembung udara di air raksa.
Tensimeter bebas air raksa/ jarum
Mengingat bahwa air raksa merupakan logam berat yang berbahaya, maka sekarang sudah banyak beredar Sphygmomanometer yang tidak menggunakan raksa contohnya UM-101 A & Medical Mercury-Free Sphygmomanometer. Pertimbangan banyak dokter dan perawat yang beralih ke UM-101 A & Medical Mercury-Free Sphygmomanometer adalah:
  1. Akurat, konsisten inovatif design.
  2. Bebas Mercury /air raksa : aman untuk pasien, diri sendiri, staff dan lingkungan.
  3. Tidak ada perasaan cemas menggunakan sphygmomanometer.
  4. Mercury-Free Sphygmomanometer mempunyai cara kerja yang sama dengan tensimeter air raksa.

1.  Tentukan ukuran manset
Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pemakaian manset yang sesuai bagi pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien, seperti pada anak-anak, maka pembacaannya akan lebih rendah dari tekanan sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obes, maka pembacaan tekanan akan lebih tinggi disbanding tekanan sebenarnya. Maka diproduksi berbagai ukuran manset untuk berbagai ukuran lingkar lengan.
 TABEL 1. UKURAN-UKURAN MANSET YANG TERSEDIA Dl PASARAN UNTUK EVALUASI PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Jenis Manset Lebar kantong karet (cm) Panjang kantong karet (cm)
Neonatus
2.5 – 4.0
5.0 – 9.0
Bayi
4.0 – 6.0
11.5 -18.0
Anak
7.5 – 9.0
17.0 – 19.0
Dewasa
11.5 -13.0
22.0 – 26.0
Lengan besar
14.0 -150
30.5 – 33.0
Paha
18.0 -19.0
36.0 – 38.0




2.  Pasang manset dengan benar.
Pasang manset dengan membalutkannya dengan kencang dan lembut  pada lengan atas, dan balon manset harus berada di tengah atas arteri brakialis.
3.  Posisikan klien dengan benar
4.  Pompa manset hingga mengembang
Pompa manset hingga mengembang, tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut brakial atau radial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 – 30 mm Hg di atas titik hilangnya denyutan radial. Manset kemudian dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan auskultasi maupun palpasi. Dengan auskultsasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat.
5.    Auskultasi Tekanan Darah
Ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik di mana arteri brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 – 3 mm Hg per detik, sementara kita mendengar awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff, terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakhialis samapai tekanan darah dalam manset turun di bawah tekanan diastolic. Pada titik tersebut, bunyi akan menghilang. Dalam praktek sebenarnya, bunyi menjadi lebih sember (karakternya berubah) saat diastolic tercapai dan kemudian menghilang sekitar 10 mm Hg di bawah tekanan diastolik.
Hilangnya bunyi sangat dekat dengan tekanan diastolik yang sebenarnya. Bila terdapat lebih dari 10 mm Hg antara bunyi sember dan saat hilangnya, maka tekanan darah dicatat sebagai tekanan tripartite, mis. 120/80/60, yang menunjukkan bahwa bunyi menjadi sember pada 80 mm Hg dan menghilang pada 60 mm Hg.
Kadang – kadang, terjadi penghilangan sementara saat mengauskultasi tekanan darah. Penghilangan ini dinamakan gap auskulatori. Misalnya, bunyi Korotkoff terdengar pada 170 mm Hg, menghilang pada 150 mm Hg, kembali pada 130 mm Hg, dan menghilang pada 90 mmHg. Pasien tersebut menderita gap auskultori sebanyak 20 poin. Hal ini biasa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi atau stenosis aorta berat (penyempitan muara katup antara ventrikel kiri dan aorta, menurunkan aliran darah ke aorta).
6.    Palpasi Tekanan Darah
Sama saja dengan prosedur yang diterangkan di atas. Ketika manset dikempiskan,arteri brakialis atau radialis diraba. Pembacaan dimana teraba lagi denyutan adalah tekanan sistolik. Palpasi dilakukan bila tekanan darah sulit didengarkan. Tetapi, dengan palpasi, tekanan diastolic tidak dapat ditentukan dengan akurat.
pengertian tekanan udara, cara mengukur tekanan darah yang benar, cara mengukur tekanan darah tanpa alat, pengertian tensimeter, pengertian pasien menurut para ahli, makalah tekanan udara, fungsi tensimeter, contoh soal tekanan udara, nama alat pengukur tekanan darah, pengertian tekanan air, pengertian reservoir air, macam macam tekanan udara, pengertian tekanan dalam fisika, batu kapur yang mengalami tekanan dan suhu yang tinggi dapat berubah menjadi, alat ukur tekanan udara yang tidak menggunakan air raksa, contoh soal tekanan gas, makalah tentang tekanan udara, pengertian viskositas darah, macam-macam tekanan udara, macam macam tekanan, sifat-sifat air raksa, nama alat pengukur tekanan udara, deskripsi tekanan darah, cara mengukur tekanan darah, tekanan sebagai fungsi kecepatan rata-rata

Prosedur Pengukuran Tekanan Darah

pengertian tekanan udara, cara mengukur tekanan darah yang benar, cara mengukur tekanan darah tanpa alat, pengertian tensimeter, pengertian pasien menurut para ahli, makalah tekanan udara, fungsi tensimeter, contoh soal tekanan udara, nama alat pengukur tekanan darah, pengertian tekanan air, pengertian reservoir air, macam macam tekanan udara, pengertian tekanan dalam fisika, batu kapur yang mengalami tekanan dan suhu yang tinggi dapat berubah menjadi, alat ukur tekanan udara yang tidak menggunakan air raksa, contoh soal tekanan gas, makalah tentang tekanan udara, pengertian viskositas darah, macam-macam tekanan udara, macam macam tekanan, sifat-sifat air raksa, nama alat pengukur tekanan udara, deskripsi tekanan darah, cara mengukur tekanan darah, tekanan sebagai fungsi kecepatan rata-rata

Artikel terkait Prosedur Pengukuran Tekanan Darah

STETOSKOP

Stetoskop merupakan salah satu simbol yang paling dikenal dari profesi kesehatan, seperti perawat, dokter, maupun bidan.

Awalnya, stetoskop dibuat sebagai alat untuk mendengarkan detak jantung pasien. Desain stetoskop kontemporer digunakan untuk mendengarkan suara yang dipancarkan oleh berbagai organ termasuk jantung, usus, dan sistem peredaran darah. Untuk bayi, biasanya digunakan stetoskop desain khusus. Lebih jauh lagi, terdapat stetoskop yang digunakan untuk mendengarkan suara mesin.

Praktik mendengarkan jantung pasien atau dikenal sebagai auskultasi, sejarahnya dimulai hampir bersamaan dengan sejarah Hippocrates, Bapak Kedokteran Modern.

Dokter Prancis, Rene Laennec dianggap sebagai penemu stetoskop modern pertama pada tahun 1816. Dalam A Treatise on the Diseases of the Chest and on Mediate Auscultation (1818), R. T. H. Laennec menjelaskan tujuan menempelkan telinga langsung ke dada: “tindakan ini selalu tidak menyenangkan, baik bagi dokter maupun pasien; pada wanita, tindakan ini tidak saja lancang, tetapi juga sulit diterapkan; dan bagi orang-orang yang berada di rumah sakit, tindakan ini menyebalkan.” Pada saat itu, dokter secara rutin melakukan kunjungan rumah dan mengobati hampir semua pasien di rumahnya. Hanya pasien amal yang pergi ke rumah sakit.


 

         

            Laennec menggunakan metode auskultasi langsung sampai tahun 1816 saat ia sedang memeriksa seorang gadis dengan gejala umum sakit jantung. Karena pasien tersebut gemuk, muda, dan perempuan, maka ia merasa bahwa metode pemeriksaan yang lazim tersebut tidaklah pantas. Namun, ia ingat bahwa apabila salah satu ujung dari sepotong kayu digores dengan jarum, suara yang timbul akan dapat didengar dengan jelas jika ujung kayu yang lain ditempelkan ke telinga. Ia dengan segera menggulung beberapa lembar kertas membentuk silinder dan menempelkan salah satu ujungnya ke telinganya dan ujung yang lain ke dada di atas jantung gadis tersebut. Hasilnya sangat dramatis dan mendorong Laennec menyempurnakan alatnya. Akhirnya ia menciptakan suatu silinder kayu berongga dengan panjang 30 cm dan diameter bagian dalamnya sekitar 1 cm serta diameter bagian luarnya 4 cm. Ia menyebut alat ini sebagai stetoskop, yang berarti “melihat dada”. Dalam bukunya, ia melaporkan risetnya mengenai stetoskop dan interpretasinya tentang bunyi alami dan patologis dari paru, jantung, dan suara.



        Stetoskop yang saat ini digunakan didasarkan pada karya asli Laennec. Bagian-bagian utama pada stetoskop modern adalah sungkup (bell), yang mungkin terbuka atau tertutup oleh membran tipis, dan earpieces.


Sungkup terbuka (open bell) berfungsi untuk menyesuaikan/menyamakan impedansi antara kulit dan udara. Bagian ini menghimpun suara dari daerah yang berkontak. Kulit pasien yang bersentuhan dengan sungkup terbuka berfungsi seperti diafragma. Kulit pasien memiliki frekuensi resonan alami yang efektif untuk menghantarkan bunyi jantung.

Frekuensi resonan ditentukan oleh diameter sungkup dan tekanan sungkup pada kulit. Semakin kencang kulit tertarik, semakin tinggi frekuensi resonan. Semakin besar diameter sungkup, semakin rendah frekuensi resonan kulit. Rentang suara yang diinginkan dapat diperluas dengan mengubah ukuran sungkup dan mengubah-ubah tekanan sungkup terbuka terhadap kulit (sehingga ketegangan pada kulit juga berbeda). Murmur jantung berfrekuensi rendah tidak akan terdengar apabila stetoskop terlalu kencang ditekan ke kulit.

Sungkup tertutup (closed bell) sebenarnya hanyalah sebuah sungkup yang memiliki diafragma dengan frekuensi resonan tertentu, biasanya tinggi, dan menghambat suara-suara berfrekuensi rendah. Frekuensi resonannya dikendalikan oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor yang mengatur frekuensi sungkup terbuka yang ditekankan ke kulit. Stetoskop sungkup tertutup terutama digunakan untuk mendengarkan bunyi paru yang frekuensinya lebih tinggi daripada bunyi jantung.


Apa bentuk sungkup yang terbaik? Karena kita menghadapi suatu sistem yang tertutup di salah sate ujung jauhnya oleh diafragma peka tekanan—gendang telinga—sebaiknya digunakan sungkup yang volumenya sekecil mungkin. Semakin kecil volume gas di dalam sungkup, semakin besar perubahan tekanan yang ditimbulkan oleh gerakan diafragma di ujung lonceng yang lain.

Volume selang juga harus kecil, dan seyogianya suara yang hilang akibat gesekan dengan dinding selang sedikit. Restriksi oleh volume yang kecil menunjukkan selang pendek berdiameter kecil, sedangkan restriksi oleh gesekan yang kecil menunjukkan selang berdiameter besar. Oleh karena itu, apabila diameter selang terlalu kecil, banyak suara yang akan hilang akibat gesekan. Apabila diameter terlalu besar, maka volume udara yang dipindahkan menjadi terlalu banyak. Pada keduanya, efisiensi berkurang. Di bawah sekitar 100 Hz, panjang selang tidak banyak memengaruhi efisiensi, tetapi• di atas frekuensi ini, efisiensi berkurang seiring dengan semakin panjangnya selang. Pada 200 Hz, perubahan selang dari panjang 7,5 cm menjadi 66 cm menyebabkan kehilangan 15 dB. Suatu keputusan yang disepakati adalah selang dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 0,3 cm.

Earpiece harus terpasang pas di telinga karena kebocoran udara mengurangi suara yang terdengar. Semakin rendah frekuensi, semakin bermakna kebocoran tersebut. Kebocoran juga menyebabkan suara bising di sekitar kita masuk ke telinga. Earpiece biasanya dirancang untuk mengikuti arah saluran telinga yang sedikit condong ke depan.


sumber :