Stetoskop merupakan salah satu simbol yang paling dikenal dari profesi kesehatan, seperti perawat, dokter, maupun bidan.
Awalnya, stetoskop dibuat sebagai alat untuk mendengarkan detak jantung
pasien. Desain stetoskop kontemporer digunakan untuk mendengarkan suara
yang dipancarkan oleh berbagai organ termasuk jantung, usus, dan sistem
peredaran darah. Untuk bayi, biasanya digunakan stetoskop desain khusus.
Lebih jauh lagi, terdapat stetoskop yang digunakan untuk mendengarkan
suara mesin.
Praktik mendengarkan jantung pasien atau dikenal sebagai auskultasi,
sejarahnya dimulai hampir bersamaan dengan sejarah Hippocrates, Bapak
Kedokteran Modern.
Dokter Prancis, Rene Laennec dianggap sebagai penemu stetoskop modern pertama pada tahun 1816. Dalam A Treatise on the Diseases of the Chest and on Mediate Auscultation (1818), R. T. H. Laennec menjelaskan
tujuan menempelkan telinga langsung ke dada: “tindakan ini selalu tidak
menyenangkan, baik bagi dokter maupun pasien; pada wanita, tindakan ini
tidak saja lancang, tetapi juga sulit diterapkan; dan bagi orang-orang
yang berada di rumah sakit, tindakan ini menyebalkan.” Pada saat itu,
dokter secara rutin melakukan kunjungan rumah dan mengobati hampir semua
pasien di rumahnya. Hanya pasien amal yang pergi ke rumah sakit.
Laennec menggunakan
metode auskultasi langsung sampai tahun 1816 saat ia sedang memeriksa
seorang gadis dengan gejala umum sakit jantung. Karena pasien tersebut
gemuk, muda, dan perempuan, maka ia merasa bahwa metode pemeriksaan yang
lazim tersebut tidaklah pantas. Namun, ia ingat bahwa apabila salah
satu ujung dari sepotong kayu digores dengan jarum, suara yang timbul
akan dapat didengar dengan jelas jika ujung kayu yang lain ditempelkan
ke telinga. Ia dengan segera menggulung beberapa lembar kertas membentuk
silinder dan menempelkan salah satu ujungnya ke telinganya dan ujung
yang lain ke dada di atas jantung gadis tersebut. Hasilnya sangat
dramatis dan mendorong Laennec menyempurnakan alatnya. Akhirnya ia
menciptakan suatu silinder kayu berongga dengan panjang 30 cm dan
diameter bagian dalamnya sekitar 1 cm serta diameter bagian luarnya 4
cm. Ia menyebut alat ini sebagai stetoskop, yang berarti “melihat dada”.
Dalam bukunya, ia melaporkan risetnya mengenai stetoskop dan
interpretasinya tentang bunyi alami dan patologis dari paru, jantung,
dan suara.
Stetoskop yang saat ini digunakan didasarkan pada karya asli
Laennec. Bagian-bagian utama pada stetoskop modern adalah sungkup
(bell), yang mungkin terbuka atau tertutup oleh membran tipis, dan
earpieces.
Sungkup
terbuka (open bell) berfungsi untuk menyesuaikan/menyamakan impedansi
antara kulit dan udara. Bagian ini menghimpun suara dari daerah yang
berkontak. Kulit pasien yang bersentuhan dengan sungkup terbuka
berfungsi seperti diafragma. Kulit pasien memiliki frekuensi resonan
alami yang efektif untuk menghantarkan bunyi jantung.
Frekuensi
resonan ditentukan oleh diameter sungkup dan tekanan sungkup pada
kulit. Semakin kencang kulit tertarik, semakin tinggi frekuensi resonan.
Semakin besar diameter sungkup, semakin rendah frekuensi resonan kulit.
Rentang suara yang diinginkan dapat diperluas dengan mengubah ukuran
sungkup dan mengubah-ubah tekanan sungkup terbuka terhadap kulit
(sehingga ketegangan pada kulit juga berbeda). Murmur jantung
berfrekuensi rendah tidak akan terdengar apabila stetoskop terlalu
kencang ditekan ke kulit.
Sungkup
tertutup (closed bell) sebenarnya hanyalah sebuah sungkup yang memiliki
diafragma dengan frekuensi resonan tertentu, biasanya tinggi, dan
menghambat suara-suara berfrekuensi rendah. Frekuensi resonannya
dikendalikan oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor yang mengatur
frekuensi sungkup terbuka yang ditekankan ke kulit. Stetoskop sungkup
tertutup terutama digunakan untuk mendengarkan bunyi paru yang
frekuensinya lebih tinggi daripada bunyi jantung.
Apa
bentuk sungkup yang terbaik? Karena kita menghadapi suatu sistem yang
tertutup di salah sate ujung jauhnya oleh diafragma peka tekanan—gendang
telinga—sebaiknya digunakan sungkup yang volumenya sekecil mungkin.
Semakin kecil volume gas di dalam sungkup, semakin besar perubahan
tekanan yang ditimbulkan oleh gerakan diafragma di ujung lonceng yang
lain.
Volume
selang juga harus kecil, dan seyogianya suara yang hilang akibat
gesekan dengan dinding selang sedikit. Restriksi oleh volume yang kecil
menunjukkan selang pendek berdiameter kecil, sedangkan restriksi oleh
gesekan yang kecil menunjukkan selang berdiameter besar. Oleh karena
itu, apabila diameter selang terlalu kecil, banyak suara yang akan
hilang akibat gesekan. Apabila diameter terlalu besar, maka volume udara
yang dipindahkan menjadi terlalu banyak. Pada keduanya, efisiensi
berkurang. Di bawah sekitar 100 Hz, panjang selang tidak banyak
memengaruhi efisiensi, tetapi• di atas frekuensi ini, efisiensi
berkurang seiring dengan semakin panjangnya selang. Pada 200 Hz,
perubahan selang dari panjang 7,5 cm menjadi 66 cm menyebabkan
kehilangan 15 dB. Suatu keputusan yang disepakati adalah selang dengan
panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 0,3 cm.
Earpiece
harus terpasang pas di telinga karena kebocoran udara mengurangi suara
yang terdengar. Semakin rendah frekuensi, semakin bermakna kebocoran
tersebut. Kebocoran juga menyebabkan suara bising di sekitar kita masuk
ke telinga. Earpiece biasanya dirancang untuk mengikuti arah saluran
telinga yang sedikit condong ke depan.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar