REFRESING
Selasa, 20 November 2012
GANGGUAN RESIKO BUNUH DIRI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bunuh diri merupakan
tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan
Bongar (2000).
ü
Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara
intensional
ü
Bunuh diri dilakukan dengan intensi
ü
Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada
diri sendiri
ü
Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung
(aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang
menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Tanda dan gejala :
ü Sedih
ü Marah
ü Putus asa
ü Tidak berdaya
ü Memeberikan isyarat verbal maupun non
verbal
B.
Tujuan
1.
Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
jiwa
2.
Dapat memahami konsep teori resiko
gangguan bunuh diri
3.
Dapat memahami ASKEP resiko gangguan
bunuh diri
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
ü
Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara
intensional
ü
Bunuh diri dilakukan dengan intensi
ü
Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada
diri sendiri
ü
Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung
(aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang
menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
B. Tanda dan Gejala :
ü Sedih
ü Marah
ü Putus asa
ü Tidak berdaya
ü Memeberikan isyarat verbal maupun non
verbal
C. Penyebab
Secara universal:
karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah. Terbagi menjadi:
1. Faktor Genetik
2. Faktor Biologis lain
3. Faktor Psikososial & Lingkungan
Faktor genetik (berdasarkan
penelitian):
ü 1,5
– 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi
kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang
pernah melakukan upaya bunuh diri.
ü Lebih
sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
Faktor Biologis
lain:
Biasanya karena
penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
ü Stroke
ü Gangguuan
kerusakan kognitif (demensia)
ü DiabetesPenyakit
arteri koronaria
ü Kanker
ü HIV
/ AIDS
Faktor
Psikososial & Lingkungan:
ü Teori
Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek
berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan
terakhir depresi.
ü Teori
Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang berkembang,
memandang rendah diri sendiri
ü Stressor
Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem pendukung
sosial
D. Akibat
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai
berikut :
ü
Keputusasaan
ü
Menyalahkan diri sendiri
ü
Perasaan gagal dan tidak berharga
ü
Perasaan tertekan
ü
Insomnia yang menetap
ü
Penurunan berat badan
ü
Berbicara lamban, keletihan
ü
Menarik diri dari lingkungan social
ü
Pikiran dan rencana bunuh diri
ü
Percobaan
atau ancaman verbal
E. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
|
Resiko bunuh diri
Harga diri rendah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN RESIKO GANGGUAN BUNUH
DIRI
A. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh
Diri
ü
Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
ü
Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
ü
Status perkawinan: menikah dapat menurunkan
resiko, hidup sendiri merupakan masalah.
ü
Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga
dengan percobaan bunuh diri / penyalahgunaan zat.
ü
Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi):
Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
ü
Faktor kepribadian: lebih sering pada
kepribadian introvert/menutup diri.
ü
Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras
kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku bunuh diri.
2.
Masalah
keperawatan
ü
Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan
ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat
bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
ü Koping
maladaptive
DS : menyatakan
putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO : nampak
sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa 1 :
Resiko bunuh diri
2. Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
3. Tujuan khusus :
ü Klien
dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
·
Perkenalkan diri dengan klien
·
Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan
tidak menyangkal.
·
Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
·
Bersifat hangat dan bersahabat.
·
Temani klien saat keinginan mencederai diri
meningkat.
ü Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
·
Jauhkan klien dari benda
benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain
lain).
·
Tempatkan klien di
ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
·
Awasi klien secara ketat
setiap saat.
ü Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
·
Dengarkan keluhan yang
dirasakan.
·
Bersikap empati untuk
meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.
·
Beri dorongan untuk
mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
·
Beri waktu dan
kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain.
·
Beri dukungan pada
tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup.
ü Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
·
Bantu untuk memahami
bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
·
Kaji dan kerahkan sumber
sumber internal individu.
·
Bantu mengidentifikasi
sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
ü Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
·
Ajarkan untuk
mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap hari (misal :
berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)
·
Bantu untuk mengenali
hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan
orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
·
Beri dorongan untuk
berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau
penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi
masalah tersebut dengan koping yang efektif
1. Diagnosa 2 :
Gangguan konsep diri: harga
diri rendah
2. Tujuan umum : Klien tidak melakukan kekerasan
3. Tujuan khusus :
1.
Klien dapat membina
hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1.
Bina hubungan saling
percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi.
1.2.
Panggil klien dengan
nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2.
Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2
Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3
Utamakan pemberian pujian yang realitas
3.
Klien mampu menilai
kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
3.1
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
setelah pulang ke rumah
4.
Klien dapat merencanakan
kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1.
Rencanakan bersama klien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
4.2.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang klien lakukan.
4.3.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien
5.
Klien
dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1.
Beri klien kesempatan mencoba kegiatan
yang telah direncanakan
5.2.
Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di
rumah
6.
Klien
dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
6.1
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien
6.2
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
1. Diagnosa :
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Tujuan umum :
-
Pasien
tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3. Tujuan khusus :
-
Pasien
mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
-
Pasien
mampu mengungkapkan perasaannya
-
Pasien
mampu meningkatkan harga dirinya
-
Pasien
mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
4. Tindakan :
-
Mendikusikan
cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
-
Meningkatkan
harga diri pasien dengan cara :
o
Memberikan
kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
o
Memberikan
pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
o
Meyakinkan
pasien bahawa dirinya penting
o
Mendiskusikan
tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
o
Merencanakan
yang dapat pasien lakukan
-
Tingkatkan
kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
o
Mendiskusikan
dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
o
Mendiskusikan
dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalah
o
Mendiskusikan
dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
C. Rencana Tindakan Kperawatan
a. Ancaman
atau percobaan bunuh diri
1.
Intervensi pada pasien
a) Tujuan
keperawatan
Pasien
tetap aman dan selamat.
b) Tindakan
keperawatan
Melindubgi pasien dengan cara:
·
Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat
dipindahkan ke tempat yang aman
·
Jauhkan
semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas, dan tali pinggang)
·
Periksa
apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika pasien mendapatkan
obatnya.
·
Dengan
lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien sampai tidak ada
keinginan bunuh diri.
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI
A.
Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan
isyarat verbal maupun non verbal
B.
Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
C.
Tujuan
1) Pasien mendapat perlindungan dari
lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian
masalah yang baik
D.
Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi
keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan
cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan
perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat
mengatakan perasaan yang positif.
c)
Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d)
Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e)
Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan
masalah, dengan cara:
a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas
masing-masing cara penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara
menyelesaikan masalah yang lebih baik
E.
Strategi Pelaksanaan
SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
Melindungi pasien dari
percobaan bunuh diri.
·
Orientasi:
”Selamat pagi Pak, kenalkan
saya Agung Nugroho, biasa di pangil Agung, saya mahasiswa Keperawatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang
bertugas di ruang ini, saya dinas pagi
dari jam 7 pagi – 2 siang .”
”Bagaimana perasaan A hari
ini? ”
” Bagaimana kalau kita
bercakap – cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana dan berapa lama
kita bicara?”
·
Kerja
”Bagaimana perasaan A setelah
ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A paling merasa menderita di dunia ini?
Apakah A pernah kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa tidak berharga
atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau
mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh
diri atau berharap A mati? Apakah A pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya,
bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?”
”Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk
memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan A)”
”Karena A tampaknya mash
memilikikeinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A, saya tidak akan
membiarkan A sendiri”
”Apa yang A lakukan jika
keinginan bunuh diri muncul?”
”Kalau keninginan itu muncul,
maka akan mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan
ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya,
katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk
mengakhiri kehidupan.”
”Saya percaya A dapat
mengatasi masalah.”
·
Terminasi
:
”Bagaimana perasaan A sekarang
setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?”
” Coba A sebutkan lagi cara
tersebut!”
”Saya akan menemani A terus
sampapi keinginan bunuh diri hilang.” (jangan
meninggalkan pasien).
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Principles and
Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
Langganan:
Postingan (Atom)