REFRESING

REFRESING
GILI TRAWANGAN

Rabu, 14 November 2012

ABLATIO RETINA

BAB I

PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam.
Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf. Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak. Kelainan-kalainan pada mata dapat merisak penglihatan ketajaman pada mata.
Kelainan mata meliputi: konjungtivitis, trakoma, glaucoma, katarak, ablasio retina, retinoblastoma dan adanya trauma, benda asing pada mata serta kelainan refraksi pada mata.
B.            Tujuan
 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB 3
 2. Untuk mengetahui ASKEP pada gangguan mata ( Ablatio Retina ).

BAB II

TINJAUAN TEORI
A.   Definisi Ablasio Retina
Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991).
Ablatio Retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan (Barbara L. Christensen 1991).
B.  Etiologi
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan  atau sekunder setelah trauma, akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi).  Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum.  Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan DM,  proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.
  1. Faktor predisposisi
Mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,ekstraksi katarak dan retina yang memperlihatkan degenerasi diperifer.
Manifestasi klinis :
Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api, penglihatan menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena, bila makula yang terkena maka daerah sentral yang terganggu.
C.  Tanda dan Gejala
a. Fotopsia, munculnya kilatan cahaya yang sangat terang di lapang pandang.
b. Muncul bintik-bintik hitam yang beterbangan di lapang pandang (floaters)
c. Muncul tirai hitam di lapang pandang
d. Tidak ditemukan adanya rasa nyeri atau nyeri kepala
e. Pada pemeriksaan fundus okuli : tampak retina yang terlepas berwarna pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok – kelok disertai / tanpa robekan retina.
D.   Patofisiologi Ablasio Retina
Longgarnya perlekatan antara epitel pigmen dan retina menyebabkan keduanya bisa terlepas satu terhadap yang lain, sehingga cairan bisa terkumpul diantaranya. Cairan tersebut biasanya berasal dari bagian badan kaca yang cair yang dengan bebas melewati lubang di retina menuju kedalam rongga yang terbentuk karena terlepasnya epitel pigmen dari retina tersebut (Daniel Vaughan dan Taylor Asbury, 1995 : 205).
Penyebab ablasio retina pada orang muda yang matanya tampak sehat dan refraksi lensanya normal adalah karena adanya kelemahan perlekatan bagi retina untuk melekat dengan lapisan dibawahnya. Kelemahan yang biasanya tidak terdiagnosis  letaknya di pinggiran bawah retina. Kadang-kadang di tempat yang sama terdapat kista retina kecil. Jika pinggiran retina terlepas dari perlekatannya maka akan terbentuk suatu lubang seperti yang disebutkan diatas (Robert Youngson, 1985 : 120).
Pada ablasio retina, bagian luar retina yang sebelumnya mendapat nutrisi dari pembuluh darah koriokapiler tidak lagi mendapat nutrisi yang baik dari koroid. Akibatnya akan terjadi degenerasi dan atropi sel reseptor retina. Pada saat degenerasi retina terjadi kompensasi sel epitel pigmen yang melakukan serbukan sel ke daerah degenerasi. Akibat reaksi kompensasi akan terlihat sel epitel pigmen di depan retina. Selain itu juga akan terjadi penghancuran sel kerucut dan sel batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, maka sel pigmen akan bermigrasi ke dalam cairan sub retina dan ke dalam sel reseptor kerucut dan batang.
Bila pada retina terdapat ruptur besar maka badan kaca akan masuk ke dalam cairan sub retina. Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca dan koroid maka akan terjadi degenerasi koroid. Apabila terjadi degenerasi sel reseptor maka keadaan ini akan berlanjut ke dalam jaringan yang lebih dalam, yang kemudian jaringan ini diganti dengan jaringan glia.
Apabila proses diatas belum terjadi dan ablasio retina ditemukan dini dan kemudian kedudukan retina dikembalikan ke tempat asalnya, maka akan terjadi pengembalian penglihatan yang sempurna (Dr Sidarta Illyas, 1984 : 108).
E.   Pemeriksaan Penunjang pada Ablatio Retina
a. Pemeriksaan visus
b. Ophtalmoskop indirek
c. USG mata
d. Campur Visi
F.   Penatalaksanaan
Pengobatan pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan atau operasi. Tujuan operasi adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina, menutup lubang atau robekan dan untuk melekatkan kembali retina. Hal ini dikarenakan jarang terjadi pertautan kembali secara spontan. Apabila diagnosis ablasio retina telah ditegakkan
maka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk menjalani operasi.
1.    Persiapan pre-operatif
Sedikitnya 5 – 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total).  Kepala dan mata tidak boleh digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan obat- Obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi Jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep).  Persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina menggunakan anestesi umum tetapi bila menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25 mg) IM.
1.    Operasi
a)     Elektrodiatermi
Dengan menggunakan jarum elektroda, melalui sclera untuk memasukkan cairan subretina dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium yang menempel pada retina.
b)   Sclera Buckling
Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi dimana kekuatan pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan retina dan menempatkan posisi semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada sclera dan diperkuat dengan membalut melingkar.
c)   Photocoagulasi
Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan dengan mengarahkan sinar laser pada epithelium  yang mengalami pigmentasi.
d)   Cyro Surgery
Suatu pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan kerusakan minimal seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat pada retina.
e)   Cerclage
Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan retina yang cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat sclera.

  
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN ABLATIO RETINA
A.   Pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur untuk mengetahui angka kejadian pada usia keberapa, jenis kelamin untuk membandingkan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan, pekerjaan untuk mengetahui apakah penderita sering menggunakan tenaga secara berlebihan atau tidak.
2)  Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada penglihatan seperti penglihatan kabur, melihat kilatan–kilatan kecil, adanya tirai hitam yang menutupi area penglihatan, adanya penurunan tajam penglihatan.
3)  Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan dengan timbulnya ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma pada mata.
4)  Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien dan miopi tinggi
5)  Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasien mengalami kecemasan, rasa takut, kegelisahan karena penyakit yang dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
6)  Pola-pola fungsi kesehatan
Masalah yang sering muncul pada pasien dengan post ablasio retina apabila tidak terdapat komplikasi, adalah sebagai berikut
·            Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam melaksanakan talaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang lain atau tidak.
·            Pola tidur dan istirahat
Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama tidur sebelum pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan operasi. Juga dikaji bagaimana pola tidur dan istirahat selama masuk rumah sakit.
·            Pola aktifitas dan latihan
Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit. Juga ditanyakan aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
·            Pola hubungan dan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya. Apakah peranan pasien dalam keluarga dan masyarakat. Juga ditanyakan bagaimana hubungan pasien dengan pasien lain dirumah akit,sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
·            Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri pasien. Apakah ada perasaan negatif terhadap dirinya. Juga bagaimana pasien menyikapi kondisinya setelah palaksanaan operasi.
·            Pola sensori dan kognitif
Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana cara berpikir dan jalan pikiran pasien.
·            Pola penanggulangan stress
Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan stressor yang paling sering muncul pada pasien
Pemeriksaan
a. Status kesehatan umum
Bagaimana keadaan penyakit dan tanda-tanda vitalnya.
b. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan pada mata dibagi berdasarkan segmen-segmen, yaitu :
Pemeriksaan segmen anterior :
1.         Adanya pembengkakan pada palpebrae atau tidak, biasanya pada klien post operasi ablasio retina, palpebraenya akan bengkak.
2.         Keadaan lensa, bila tidak ada konplikasi lain, maka keadaan lensanya adalah jernih.
3.         Bagaimana keadaan pupilnya, pupil pada klien ablasio retina yang telah masuk rumah sakit akan melebar sebagai akibat dari pemberian atropin.
4.         Kamera Okuli Anteriornya biasanya dalam.
5.         Bagaimana keadaan konjungtivanya, biasanya pasien post operasi akan mengalami hiperemi pada konjungtivanya
c.    Pemeriksaan Diagnostik
Visus, untuk mengetahui tajam penglihatan, adakah penurunan atau tidak dan untuk mengetahui sisa penglihatan yang masih ada. Fundus kopi, untuk mengetahui bola mata seperti warna retina, keadaan retina, reflek dan gambaran koroid.
B.   Diagnosa Keperawatan
1.         Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka post operasi ablasio retina.
2.         Potensial terjadi infeksi sehubungan adanya luka operasi ablasio retina.
3.         Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan diri sehubungan dengan bed rest total.
4.         Adanya kecemasan sehubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.
5.         Gangguan konsep diri (harga diri rendah) sehubungan dengan kerusakan penglihatan.
6.         Potensial terjadi kecelakaan sehubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
C.   Intervensi
DX I  Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka post operasi ablasio retina.
Tujuan
Rasa nyeri pasien hilang atau berkurang sehingga dapat meningkatkan rasa kenyamanan pasien.
Kriteria Hasil
¡  Secara verbal pasien mengatakan rasa nyaman terpenuhi.
¡  Secara verbal pasien mengatakan rasa nyeri hilang atau berkurang.
Rencana tindakan
1. Kolaborasi dengan individu untuk menjelaskan metode apa yang digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri (relaksasi,distraksi)
2. Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan analgesik pada penurunan rasa nyeri yang optimal.
3. Pantau tekanan darah setiap 4 jam.
            Rasional
1.         Untuk mengetahui keinginan pasien akan jenis tehnik penurun nyeri yang diinginkan pasien.
2.         Tim dokter dapat menentukan menentukan jenis analgesik yang diperlukan pasien.
3.         Rasa nyeri dapat menaikkan tekanan darah pasien.
DX II  Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luka operasi
            Tujuan
            Tidak terjadi infeksi pada luka post operasi ablasio retina.
            Kriteria Hasil
            -Pasien mampu melaporkan adanya tanda-tanda infeksi, seperti rasa nyeri, bengkak,           panas.
            -Tidak didapatkan adanya tanda-tanda infeksi.
            Rencana Tindakan
            1. Pantau adanya tanda-tanda infeksi seperti, kemerahan, bengkak, nyeri, panas.
            2. Kaji status nutrisi pasien.
            3.Instruksikan pada pasien pada pasien dan keluarga pasien untuk melakukan tindakan   aseptik yang sesuai.
            4. Gunakan tehnik aseptik selama mengganti balutan.
            5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian antibiotik.
            6. Rawat luka setiap hari.
            7. Kaji lingkungan pasien yang dapat menimbulkan infeksi
            Rasional
1.         Infeksi yang lebih dini diketahui akan lebih mudah penanganannya.
2.         Pemberian asupan kalori dan protein yang sesuai dengan kebutuhan dapat menunjang proses penyembuhan pasien
3.         Untuk mencegah kontaminasi.
4.         Tehnik aseptik dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
5.         Tim dokter dapat menentukan jenis antibiotik yang sesuai dengan kondisi pasien.
6.         Rawat luka setiap hari dapat mencegah masuknya kuman.
7.         Kondisi lingkungan pasien yang jelek dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
            DX III Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan diri sehubungan dengan bed rest total.
            Tujuan
            Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya sesuai dengan kondisinya.
            Kriteria Hasil
Secara verbal, pasien mengatakan dapat memenuhi kebutuhan diri yang sesuai dengan kondisinya.
            Rencana keperawatan
1. Latih pasien untuk dapat melakukan latihan yang sesuai dengan kondisinya
            2. Orientasikan lingkungan sekitar kepada pasien
            Rasional
            1. Dengan latihan yang baik, pasien akan mampu memaksimalkan kemampuannya untuk   memenuhi kebutuhannya yang sesuai dengan kondisinya.
            2. Pengenalan pada lingkungan akan membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan           dirinya.
            DX IV Gangguan citra diri sehubungan dengan kerusakan penglihatan.
            Tujuan
            Pasien dapat mencapai kembali citra diri yang optimal.
            Kriteria Hasil
            1. Pasien mampu mengekspresikan tentang perubahan dan perkembangan kearah    penerimaan.
2.  Pasien mampu menunjukkan rerspon yang adaptif terhadap perubahan citra diri.
            Rencana tindakan
1.         Sediakan waktu bagi pasien untuk mengungkapkan  perasaannya.
2.         Tingkatkan hubungan dan dorongan dari orang terdekat.
3.         Bantu pasien dalam diskusi dan penerimaan perubahan ketajaman penglihatan.
4.         Dorong kemandirian yang ditoleransi.
            Rasional
1.      Hal ini dapat menumbuhkan perasaan pada pasien bahwa masih ada orang yang menaruh perhatian pada pasien.
2.      Orang terdekat mampu mengangkat kepercaayaan diri pasien
3.      Dari diskusi yang dilakukan diharapkan pasien dapat mengungkapkan
4.      perasaannya dan dapat mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.
5.      Untuk menumbuhkan kepercayaan diri pasien





DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. EGC. Jakarta.
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata.
Yayasan Essentia Media. Yogyakarta.
Doengoes, Marylin E.. (1989). Nursing Care Plans. F.A Davis Company. USA Philadelphia.
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. FKUI Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar