REFRESING

REFRESING
GILI TRAWANGAN

Selasa, 20 November 2012

GANGGUAN KOGNITIF

BAB I
PENDAHULUAN

      A.      Latar Belakang
          Kesadaran perawat tentang gangguan mental organik, baik proses terjadi, factor penyebab, keterbatasan, tingkat kemampuan klien dan asuhan keperawatan yang spesifik akan memotivasi perawat melakukan praktek keperawatan yang berkualitas.
          Keadaan klinis yang bervariasi menuntut pengetahuan dan keterampilan perawat dalam menangani berbagai masalah keperawatan yang berhubungan dengan gangguan mental organik. Gangguan kognitif dialami oleh klien dengan demensia. Uraian dalam makalah akan membahas delirium dan demensia dengan pendekatan proses keperawatan. Aplikasi proses keperawatan disertakan pada bagian akhir, sebagai bahan siap pakai dilapangan praktek keperawatan. Modifikasi perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan dan situasi klien.        
  
B.     Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa.
2. Memahami tentang gangguan kognitif.

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Definisi
          Gangguan kognitif merupakan gangguan kemampuan berpikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Stuart dan Sundeen, 1982).
Pada gangguan kognitif, diagnosa medis yang sering dihadapi adalah :
1.      Delirium
 Adalah fungsi kognitif yang kacau ditandai dengan Kesadaran, berkabut yang dimanifestasikan oleh lama konsentrasi yang rendah, persepsi yang salah, gangguan piker (Stuart dan Sundeen, 1987).    
2.      Demensia
Adalah gangguan kognitif yang ditandai oleh hilangnya fungsi intelektual yang berat.
B.     Tanda dan Gejala
a.       Delirium
-       Fluktuasi tingkat kesadaran
-       Dis orientasi proses pikir
-       Kerusakan penilaian dan pengambilan keputusan
-       Ilusi
-       Halusinasi penglihatan
-       Afek labil
-       Gelisah
-       Agitasi
b.      Demensia
-       Dis orientasi kehilangan daya ingat
-       Penurunan konsentrasi
-       Kerusakan penilaian dan pengambilan keputusan
-       Perilaku social yang tidak sesuai
-       Afek labil
-       Gelisah
-       Agitasi
-       Menolak perubahan
c.       Gangguan Kognitif
-       Daya ingat terganggu
-       Dis orientasi
-       Koheren
-       Sukar berpikir logis
C.      Etiologi
a.       Faktor Predisposisi
        Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi susunan saraf pusat (SSP). SSP memerlukan nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman nutrisi mengakibatkan gangguan fungsi SSP. Faktor yang dapat menyebabkan adalah penyakit infeksi sistematik, gangguan peredaran darah, keracunan zat (Beck, Rawlins dan Williams, 1984, hal 871). Banyak faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat menimbulkan gangguan kognitif, seperti kekurangan vitamin, malnutrisi, gangguan jiwa fungsional.           
b.      Faktor Presipitasi  
          Setiap kejadian diotak dapat berakibat gangguan kognitif. Hipoksia dapat berupa anemia Hipoksia, Hitoksik Hipoksia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia. Semua Keadaan ini mengakibatkan distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme sering mengganggu fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia. Racun, virus dan virus menyerang otak mengakibatkan gangguan fungsi otak, misalnya sifilis. Perubahan struktur otak akibat trauma atau tumor juga mengubah fungsi otak. Stimulus yang kurang atau berlebihan dapat mengganggu fungsi kognitif. Misalnya ruang ICU dengan cahaya, bunyi yang konstan merangsang dapat mencetuskan disorientasi, delusi dan halusinasi, namun belum ada penelitian yang tepat.                
D.      Akibat
1.        Menurun kemampuan konsentrasi terhadap stimulus (misalnya, pertanyaan harus diulang).
2.        Proses pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan atau inkoheren.
3.        Minimal 2 dari yang berikut :
o    Menurunkan tingkat kesadaran.
o    Gangguan persepsi, Ilusi, halusinasi.
o    Gangguan tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngatuk pada siang hari.
o    Meningkat atau Menurun aktivitas psikomotor.
o    Disorientasi, tempat, waktu, orang.
o    Gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru, misalnya nama beberapa benda setelah lima menit.   

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
          Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannya dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/gejala yang timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan, misalnya pada lobus oksipitalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus frontalis maupun sistim limbik.
          Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting diketahui apa penyebab terjadinya. Sehingga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang membahayakan keselamatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Keuat, Budi Anna, 1995, GangguanKognitif. Jakarta. EGC
Stuart, Gail Wiscarz. Sundeen. J. Sandra. 1995. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
http://Asuhan Keperawatan gangguan Kognitif


Tidak ada komentar:

Posting Komentar