BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesadaran perawat tentang gangguan
mental organik, baik proses terjadi, factor penyebab, keterbatasan, tingkat
kemampuan klien dan asuhan keperawatan yang spesifik akan memotivasi perawat
melakukan praktek keperawatan yang berkualitas.
Keadaan klinis yang bervariasi
menuntut pengetahuan dan keterampilan perawat dalam menangani berbagai masalah
keperawatan yang berhubungan dengan gangguan mental organik. Gangguan kognitif
dialami oleh klien dengan demensia. Uraian dalam makalah akan membahas delirium
dan demensia dengan pendekatan proses keperawatan. Aplikasi proses keperawatan
disertakan pada bagian akhir, sebagai bahan siap pakai dilapangan praktek
keperawatan. Modifikasi perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan dan
situasi klien.
B. Tujuan
1.
Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa.
2.
Memahami tentang gangguan kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gangguan kognitif merupakan gangguan
kemampuan berpikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai,
orientasi, persepsi dan memperhatikan (Stuart dan Sundeen, 1982).
Pada gangguan kognitif, diagnosa medis yang sering dihadapi
adalah :
1.
Delirium
Adalah fungsi kognitif yang kacau ditandai
dengan Kesadaran, berkabut yang dimanifestasikan oleh lama konsentrasi yang
rendah, persepsi yang salah, gangguan piker (Stuart dan Sundeen, 1987).
2.
Demensia
Adalah
gangguan kognitif yang ditandai oleh hilangnya fungsi intelektual yang berat.
B. Tanda dan Gejala
a. Delirium
-
Fluktuasi tingkat kesadaran
-
Dis orientasi proses pikir
-
Kerusakan penilaian dan pengambilan
keputusan
-
Ilusi
-
Halusinasi penglihatan
-
Afek labil
-
Gelisah
-
Agitasi
b. Demensia
-
Dis orientasi kehilangan daya ingat
-
Penurunan konsentrasi
-
Kerusakan penilaian dan pengambilan
keputusan
-
Perilaku social yang tidak sesuai
-
Afek labil
-
Gelisah
-
Agitasi
-
Menolak perubahan
c. Gangguan Kognitif
-
Daya ingat terganggu
-
Dis orientasi
-
Koheren
-
Sukar berpikir logis
C. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Gangguan
kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi susunan saraf pusat (SSP). SSP
memerlukan nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman nutrisi
mengakibatkan gangguan fungsi SSP. Faktor yang dapat menyebabkan adalah
penyakit infeksi sistematik, gangguan peredaran darah, keracunan zat (Beck,
Rawlins dan Williams, 1984, hal 871). Banyak faktor lain yang menurut beberapa
ahli dapat menimbulkan gangguan kognitif, seperti kekurangan vitamin,
malnutrisi, gangguan jiwa fungsional.
b. Faktor Presipitasi
Setiap kejadian diotak dapat berakibat
gangguan kognitif. Hipoksia dapat berupa anemia Hipoksia, Hitoksik Hipoksia,
Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia. Semua Keadaan ini mengakibatkan
distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme sering mengganggu
fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia. Racun, virus dan virus menyerang
otak mengakibatkan gangguan fungsi otak, misalnya sifilis. Perubahan struktur
otak akibat trauma atau tumor juga mengubah fungsi otak. Stimulus yang kurang
atau berlebihan dapat mengganggu fungsi kognitif. Misalnya ruang ICU dengan
cahaya, bunyi yang konstan merangsang dapat mencetuskan disorientasi, delusi
dan halusinasi, namun belum ada penelitian yang tepat.
D. Akibat
1.
Menurun
kemampuan konsentrasi terhadap stimulus (misalnya, pertanyaan harus diulang).
2.
Proses
pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan atau inkoheren.
3.
Minimal
2 dari yang berikut :
o
Menurunkan
tingkat kesadaran.
o
Gangguan
persepsi, Ilusi, halusinasi.
o
Gangguan
tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngatuk pada siang hari.
o
Meningkat
atau Menurun aktivitas psikomotor.
o
Disorientasi,
tempat, waktu, orang.
o
Gangguan
daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru, misalnya nama beberapa benda
setelah lima menit.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Gangguan kognitif pada pasien yang
mengalami gangguan jiwa, erat hubungannya dengan gangguan mental organik. Hal
ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/gejala yang timbul akan
dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan, misalnya pada lobus
oksipitalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus frontalis maupun sistim
limbik.
Berdasarkan hal diatas masalah dengan
gangguan kognitif sangat penting diketahui apa penyebab terjadinya. Sehingga
intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk mengatasi masalah pasien.
Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhannya
dan terhindar dari kecelakaan yang membahayakan keselamatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Keuat,
Budi Anna, 1995, GangguanKognitif.
Jakarta. EGC
Stuart,
Gail Wiscarz. Sundeen. J. Sandra. 1995. Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC
http://Asuhan
Keperawatan gangguan Kognitif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar