REFRESING

REFRESING
GILI TRAWANGAN

Selasa, 20 November 2012

GANGGUAN KONSEP DIRI

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
               Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungan. Klien masuk ke Rumah Sakit dan dirawat mengalami stress fisik dan mental baik dari diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Pada Hieraki dalam kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.
               Adapun pengertian dari konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Konsep diri terdiri dari beberapa komponen yaitu gambaran diri, ideal diri, haraga diri, penampilan peran dan identitas.  Tanda dan gejala seseorang dengan gangguan konsep diri yaitu cenderung kurang percaya diri, malu memandang dirinya sendiri, menganggap dirinya kurang berharga dan cenderung menarik diri dari kontak sosial. Bila hal tersebut  tidak segera ditangani akan berdampak yang sangat negatif, seperti malas melakukan aktifitas perawatan diri, resiko mencederai diri bahkan perilaku bunuh diri.

B.            Tujuan penulisan
1.                   Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa.
2.                   Dapat memahami gangguan konsep diri.

 BAB II
PEMBAHASAN
A.          Pengertian
               Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial yang unik dan menerapkan sistem terbukaserta saling berintegrasi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. (Tarwoto, 2003)
               Klien masuk kerumah sakit dan dirawat mengalami stres fisik dan mental baik dari diri sendiri, lingkungan maupun keluarga.
               Kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.
               Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. (Tarwoto, 2003)
B.      Komponen Konsep Diri
Komponen-komponen konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) terdiri dari:
a.       Citra Tubuh ( Body Image )
Adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar, mencangkup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
b.      Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar prilaku. 
c.       Harga Diri
Adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d.      Peran Diri
Adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
e.       Identitas Diri
Adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
C.         Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a.    Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak yaitu dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
b.    Budaya
Pada usia anak-anak dan nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuannya, kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
c.    Sumber eksternal dan internal
Sumber internal misalnya orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.
d.   Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian sebaliknya.
e.    Stresor
Dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.
f.     Usia
Keadaan sakit dan trauma misalnya usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.
D.         Kriteria kepribadian yang sehat
Kriteria-kriteria kepribadian yang sehat menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a.    Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
b.    Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
c.    Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.
d.   Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai  seseorang yang berarti dan bermanfaat.
e.    Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain, secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen.
f.     Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.
E.          Karakteristik konsep diri rendah
Menurut (Carpenito, 1995 dalam Tarwoto, 2003) adalah:
a.         Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
b.        Tidak mau berkaca
c.         Menghindari diskusi tentang topik dirinya
d.        Menolak usaha rehabilitasi
e.         Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
f.         Mengingkari sssperubahan pada dirinya
g.        Peningkatan ketergantungan pada dirinya
h.        Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan dan menangis
i.          Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
j.          Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol
k.        Menghindari kontak sosial
l.          Kurang bertanggung jawab
F.          Faktor resiko gangguan konsep diri
Faktor resiko gangguan konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a.      Gangguan identitas diri
1)      Perubahan perkembangan
2)      Trauma
3)      Jenis kelamin yang tidak sesuai
4)      Budaya yang tidak sesuai
b.      Gangguan citra tubuh (Body image)
1)      Hilangnya bagian tubuh
2)      Perubahaan perkembangan
3)      Kecacatan
c.       Gangguan harga diri
1)      Hubungan interpersonal yang tidak hurmonis
2)      Kegagalan perkembangan
3)      Kegagalan mencapai tujuan hidup
4)      Kegagalan dalam mengikuti aturan moral
d.      Gangguan peran
1)      Kehilangan peran
2)      Peran ganda
3)      Konflik peran
4)      Ketidakmampuan menampilkan peran
G.         Stress dan Adaptasi
               Menurut (Tarwoto, 2003) stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Sedangkan stresor berasal dari internal, yang artinya sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Misalnya perubahan hormon, sakit maupun eksternal seperti temperatur dan pencernaan.
               Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stresor disebut adaptasi. Respon yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Contoh adaptasi yaitu optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan dan perkembangan normal, normalnya reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan mentolelir perubahan situasi.
H.      Fisiologi
                 Menurut (Tarwoto, 2003) tubuh selalu berinteraksi dan mengalami langsung dengan lingkungan, baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah, pernafasan eksternal seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal. Keadaan dimana terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal disebut homeostatis. Homeostatis terbagi 2, yaitu homeostatis fisiologis misalnya respons adanya peningkatan pernafasaan saat berolahraga dan homeostatis psikologis misalnya perasaan mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman.
I.        Respons Fisiologis Terhadap Stres
Respon fisiologis terhadap stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a.       Local Adaptation Syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor misalnya kalau kita menginjak paku maka secara refleksi kaki akan diangkat.
b.      General Adaptation Syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada. Melalui tiga fase yaitu:
1)        Fase reaksi peringatan
Ditandai oleh peningkatan akfivitas neuroendokrin yang berupa peningkatan pembuluh darah, nadi, pernafasaan, metabolisme, glukosa, dan dilatasi pupil.
2)       Fase resisten
Fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme pertahanan.
3)        Fase kelelahan
Ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan daraah, panik, kritis.
J.         Respons Psikologis Terhadap Stress
               Menurut (Tarwoto, 2003) respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya jelek. Tingkat kecemasan ada 4, yaitu:
a.       Cemas ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa sehari  -hari. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon ini seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, duduk tidak tenang.
b.      Cemas sedang
Tingkat ini persepsi masalah menurun. Individu lebih memfokuskan terhadap hal-hal yang penting. Respon cemas seperti sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisahm rangsangan luar tidak mampu diterima. Susah tidur dan perasaan tidak enak.
c.       Cemas berat
Tingkat ini lahan persepsi sangat sempit. Cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja mengabaikan hal lain. Tidak mampu berfikir berat dan harus lebih banyak pengarahan/tuntutan. Respon ini seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, bloking, perasaan ancaman meningkat.
d.      Panik
Tahap ini persepsi telah menggangu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walau sudah diberikan pengarahan. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali dan persepsi kacau.
K.       Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Stress
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a.       Lingkungan yang asing
b.     Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang lain
c.       Berpisah dengan pasangan dan keluarga
d.      Masalah biaya
e.       Kurang informasi
f.       Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g.      Masalah pengobatan
L.         Kehilangan Dan Berduka
               Menurut (Tarwoto, 2003) kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Sedangkan berduka adalah respons emosi yang di ekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak napas, susah tidur dan lainnya. Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:
a.       Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan
b.      Tahap perkembangan
c.       Kekuatan/koping mekanisme
d.      Support system
Menurut (Tarwoto, 2003) fase-fase dari reaksi berduka adalah sebagai berikut:
a.       Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah, letih dan pucat.
b.      Fase marah (anger)
Perasaan ini dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah dan prilaku agresif.
c.       Fase tawar-menawar (bargaining)
Individu menunjukan sikao menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
d.      Fase menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada objek kehilangan mulai berkurang.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.             Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. (Tarwoto, 2003).
2.             Konsep diri yang baik adalah konsep diri yang tidak mempunyai gangguan.

DAFTAR PUSTAKA

Keuat, Budi Anna, 1995, Gangguan Konsep Diri. Jakarta. EGC
Stuart, Gail Wiscarz. Sundeen. J. Sandra. 1995. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
http://Asuhan Keperawatan gangguan konsep diri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar