BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang unik dan menerapkan sistem
terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri
dan lingkungan. Klien masuk ke Rumah Sakit dan dirawat mengalami stress fisik dan
mental baik dari diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Pada Hieraki
dalam kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam
kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai
aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.
Adapun pengertian dari konsep diri
adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi
mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Konsep diri terdiri
dari beberapa komponen yaitu gambaran
diri, ideal diri, haraga diri, penampilan peran dan identitas. Tanda dan
gejala seseorang dengan gangguan konsep diri yaitu cenderung kurang percaya
diri, malu memandang dirinya sendiri, menganggap dirinya kurang berharga dan
cenderung menarik diri dari kontak sosial. Bila hal tersebut tidak segera
ditangani akan berdampak yang sangat negatif, seperti malas melakukan aktifitas
perawatan diri, resiko mencederai diri bahkan perilaku bunuh diri.
B.
Tujuan penulisan
1.
Memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan jiwa.
2.
Dapat
memahami gangguan konsep diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manusia
adalah makhluk bio-psiko-sosial yang unik dan menerapkan sistem terbukaserta
saling berintegrasi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri
dan lingkungannya. (Tarwoto, 2003)
Klien
masuk kerumah sakit dan dirawat mengalami stres fisik dan mental baik dari diri
sendiri, lingkungan maupun keluarga.
Kebutuhan
Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia
adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan
konsep diri yang sehat.
Konsep
diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan
orang lain. (Tarwoto, 2003)
B. Komponen
Konsep Diri
Komponen-komponen
konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) terdiri dari:
a. Citra Tubuh ( Body Image )
Adalah
sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar, mencangkup
persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat
ini dan masa lalu.
b. Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana
ia harus berprilaku sesuai dengan standar prilaku.
c. Harga Diri
Adalah penilaian terhadap hasil yang
dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d. Peran Diri
Adalah pola sikap, perilaku nilai
yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
e. Identitas Diri
Adalah kesadaran akan dirinya
sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis
dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri
Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a.
Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak yaitu dukungan
mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
b.
Budaya
Pada usia anak-anak dan nilai-nilai
akan diadopsi dari orang tuannya, kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang
bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
c.
Sumber eksternal dan internal
Sumber internal misalnya orang yang humoris
koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan
dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.
d.
Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat
sukses akan meningkatkan konsep diri demikian sebaliknya.
e.
Stresor
Dalam kehidupan misalnya perkawinan,
pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka
akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.
f.
Usia
Keadaan sakit dan trauma misalnya
usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.
D.
Kriteria kepribadian yang sehat
Kriteria-kriteria
kepribadian yang sehat menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a.
Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas
observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk
persepsi saat ini dan masa lalu.
b.
Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang
realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
c.
Konsep diri yang positif menunjukan
bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.
d. Seseorang yang mempunyai harga diri
yang tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat.
e.
Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian
sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain, secara intim dan mendapat
kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan
interdependen.
f.
Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya
yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.
E. Karakteristik konsep diri rendah
Menurut
(Carpenito, 1995 dalam Tarwoto, 2003) adalah:
a.
Menghindari sentuhan atau melihat
bagian tubuh tertentu.
b.
Tidak mau berkaca
c.
Menghindari diskusi tentang topik
dirinya
d.
Menolak usaha rehabilitasi
e.
Melakukan usaha sendiri dengan tidak
tepat
f.
Mengingkari sssperubahan pada
dirinya
g.
Peningkatan ketergantungan pada
dirinya
h.
Tanda dari keresahan seperti marah,
keputusasaan dan menangis
i.
Menolak berpartisipasi dalam
perawatan dirinya
j. Tingkah laku yang merusak seperti
penggunaan obat-obatan dan alkohol
k. Menghindari kontak sosial
l. Kurang bertanggung jawab
F.
Faktor resiko gangguan konsep diri
Faktor
resiko gangguan konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a.
Gangguan identitas diri
1)
Perubahan perkembangan
2)
Trauma
3)
Jenis kelamin yang tidak sesuai
4)
Budaya yang tidak sesuai
b.
Gangguan citra tubuh (Body image)
1)
Hilangnya bagian tubuh
2)
Perubahaan perkembangan
3)
Kecacatan
c.
Gangguan harga diri
1)
Hubungan interpersonal yang tidak
hurmonis
2)
Kegagalan perkembangan
3)
Kegagalan mencapai tujuan hidup
4)
Kegagalan dalam mengikuti aturan
moral
d.
Gangguan peran
1)
Kehilangan peran
2)
Peran ganda
3)
Konflik peran
4)
Ketidakmampuan menampilkan peran
G.
Stress dan Adaptasi
Menurut
(Tarwoto, 2003) stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek
positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Sedangkan
stresor berasal dari internal, yang artinya sesuatu yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami stress. Misalnya perubahan hormon, sakit maupun eksternal
seperti temperatur dan pencernaan.
Perubahan
dari suatu keadaan dari respons akibat stresor disebut adaptasi. Respon yang
tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Contoh adaptasi yaitu
optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan dan perkembangan normal, normalnya
reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan mentolelir perubahan situasi.
H. Fisiologi
Menurut
(Tarwoto, 2003) tubuh selalu berinteraksi dan mengalami langsung dengan lingkungan,
baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah, pernafasan
eksternal seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau
tidak normal. Keadaan dimana terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan
fungsi normal disebut homeostatis. Homeostatis terbagi 2, yaitu homeostatis
fisiologis misalnya respons adanya peningkatan pernafasaan saat berolahraga dan
homeostatis psikologis misalnya perasaan mencintai dan dicintai, perasaan aman
dan nyaman.
I. Respons Fisiologis Terhadap Stres
Respon
fisiologis terhadap stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a.
Local Adaptation Syndrome (LAS)
yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor misalnya kalau kita menginjak paku
maka secara refleksi kaki akan diangkat.
b. General Adaptation Syndrome (GAS)
yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada. Melalui tiga fase yaitu:
1)
Fase reaksi peringatan
Ditandai oleh peningkatan akfivitas
neuroendokrin yang berupa peningkatan pembuluh darah, nadi, pernafasaan, metabolisme,
glukosa, dan dilatasi pupil.
2) Fase resisten
Fungsi kembali normal, adanya LAS,
adanya koping dan mekanisme pertahanan.
3)
Fase kelelahan
Ditandai dengan adanya vasodilatasi,
penurunan tekanan daraah, panik, kritis.
J.
Respons Psikologis Terhadap Stress
Menurut
(Tarwoto, 2003) respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah
dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya
cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya jelek. Tingkat kecemasan ada 4,
yaitu:
a.
Cemas ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan
peristiwa sehari -hari. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon ini seperti sesekali bernafas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut
dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, duduk
tidak tenang.
b.
Cemas sedang
Tingkat ini persepsi masalah
menurun. Individu lebih memfokuskan terhadap hal-hal yang penting. Respon cemas
seperti sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
anoreksia, gelisahm rangsangan luar tidak mampu diterima. Susah tidur dan
perasaan tidak enak.
c.
Cemas berat
Tingkat ini lahan persepsi sangat
sempit. Cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja mengabaikan hal lain.
Tidak mampu berfikir berat dan harus lebih banyak pengarahan/tuntutan. Respon ini seperti napas
pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, bloking, perasaan ancaman meningkat.
d.
Panik
Tahap ini persepsi telah menggangu
sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa, walau sudah diberikan pengarahan. Respons panik seperti napas pendek,
rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat
sempit, tidak dapat berfikir logis, mengamuk, marah, ketakutan,
berteriak-teriak, kehilangan kendali dan persepsi kacau.
K.
Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan
Stress
Faktor-faktor
yang dapat menimbulkan stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a.
Lingkungan yang asing
b. Kehilangan kemandirian sehingga
mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang lain
c.
Berpisah dengan pasangan dan
keluarga
d.
Masalah biaya
e.
Kurang informasi
f.
Ancaman akan penyakit yang lebih
parah
g.
Masalah pengobatan
L.
Kehilangan Dan Berduka
Menurut
(Tarwoto, 2003) kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Sedangkan berduka adalah respons
emosi yang di ekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya
perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak napas, susah tidur dan lainnya. Dalam
menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:
a.
Bagaimana persepsi individu terhadap
kehilangan
b.
Tahap perkembangan
c.
Kekuatan/koping mekanisme
d.
Support system
Menurut (Tarwoto, 2003) fase-fase
dari reaksi berduka adalah sebagai berikut:
a.
Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok,
biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah, letih dan pucat.
b.
Fase marah (anger)
Perasaan ini dapat diproyeksikan
pada orang atau benda yang ditandai dengan muka merah, suara keras, tangan
mengepal, nadi cepat, gelisah dan prilaku agresif.
c.
Fase tawar-menawar (bargaining)
Individu menunjukan sikao menarik
diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang muncul seperti menolak makan,
susah tidur, dan dorongan libido menurun.
d.
Fase menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan
reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada objek kehilangan
mulai berkurang.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Konsep
diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep
diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang
lain. (Tarwoto, 2003).
2.
Konsep
diri yang baik adalah konsep diri yang tidak mempunyai gangguan.
DAFTAR PUSTAKA
Keuat,
Budi Anna, 1995, Gangguan Konsep Diri.
Jakarta. EGC
Stuart,
Gail Wiscarz. Sundeen. J. Sandra. 1995. Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC
http://Asuhan
Keperawatan gangguan konsep diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar