BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerusakan sosial adalah suatu
keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan
kualitas yang tidak efektif (Towsend, 1998). Klien yang mengalami kerusakan
interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain yang
salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.
Menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri
baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung
(isolasi diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku Menarik Diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
degan orang lain. (Rawlins, 1993, hal 336).
Menarik
Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya, individu tidak
ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung. (Petunjuk teknis Askep pasien gangguan
skizofrenia hal 53).
B. Tujuan
1.
Memahami
tugas mata kuliah keperawatan jiwa.
2.
Mengetahui
gangguan interaksi social.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kerusakan interaksi sosial adalah
suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptif dan
mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen, 1998).
Kerusakan sosial adalah suatu
keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan
kualitas yang tidak efektif (Towsend, 1998). Klien yang mengalami kerusakan
interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain yang
salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.
Menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri
baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung
(isolasi diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku Menarik Diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
degan orang lain. (Rawlins, 1993, hal 336).
Menarik
Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya, individu tidak
ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung. (Petunjuk teknis Askep pasien gangguan
skizofrenia hal 53).
Perilaku menarik diri adalah suatu
usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia
kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan untuk berhubungan
secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan
diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain (Budi Anna Keliat, 1999).
B. Tanda Dan Gejala
a. Data Subjektif
Sukar
didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah
menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak
tahu”.
b. Data Objektif
Observasi
yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2)
Menghindari orang lain (menyendiri),
klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
3)
Komunikasi kurang / tidak ada. Klien
tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
4) Tidak ada kontak mata, klien lebih
sering menunduk.
5) Berdiam diri di kamar / tempat
terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
6) Menolak berhubungan dengan orang
lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7)
Tidak melakukan kegiatan
sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak
dilakukan.
8) Posisi janin pada saat tidur.
C. Rentang Respon Sosial
Waktu membina suatu hubungan sosial,
setiap individu berada dalam rentang respons yang adaptif sampai dengan
maladaptif. Respon adaptif merupakan respons yang dapat diterima oleh norma -
norma sosial dan budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan respons
maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan budaya
setempat. Respons sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari
- hari adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan
komunikasi, dan kesepian.
Menurut
Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam rentang adaptif
sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut :
Respon adaptif
Respon maladaptive
a.
Respon adaptif
Respon
adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari
:
1) Menyendiri(Solitude)
Merupakan
respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di
lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah
selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2) Otonomi
Merupakan
kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan
dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama (mutualisme)
adalah
suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk
saling memberi dan menerima.
4) Saling tergantung (interdependen)
Merupakan
kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal
b. Respon maladaptive
Respon
maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat
keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :
1) Menarik diri
merupakan
suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
2) Manipulasi
Merupakan
gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain
sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
3) Impulsif
Individu
impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman,
tidak dapat diandalkan.
4) Narkisisme
Pada
individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosenetris, pencemburuan,
marah jika orang lain tidak mendukung.
5) Tergantung (dependen)
terjadi
bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk
berfungsi secara sukses.
6) Curiga
Terjadi
bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan
dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan
berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu
merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.
D. Etiologi
Salah satu penyebab dari menarik
diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.
Tanda dan gejala harga diri rendah :
Ada 10
cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah (Stuart dan
Sundeen, 1995)
a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri
b. Merendahkan atau mengurangi martabat
diri sendiri
c. Rasa bersalah atau khawatir
d. Manisfestasi fisik : tekanan darah
tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.
e. Menunda dan ragu dalam mengambil
keputusan
f. Gangguan berhubungan, menarik diri
dari kehidupan social
g. Menarik diri dari realitas
h. Merusak diri
i. Merusak atau melukai orang lain
j. Kebencian dan penolakan terhadap
diri sendiri. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah
Selain itu terdapat beberapa faktor
predisposisi (pendukung) dan factor presipitasi (pencetus) terjadinya gangguan
hubungan sosial :
a.
Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Kemampuan
membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selam proses pertumbuhan
dan perkembangan. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi
kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari (pengasuh) pada bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
2) Faktor biologis
Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa kelainan pada struktur
otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor sosial – budaya
Faktor
sosial – budaya dapat menjadi faktor pendukugn terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak
produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).
b.
Faktor presipitasi (pencetus)
1) Stresor sosial – budaya
Stresor
sosial – budaya dapat menyebabkan gangguan dalam berhubungan, misalnya keluarga
yang labil.
2) Stresor psikologis
Tingkat
kecemasan yang berat akan menyebabkan kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah gangguan berhubungan (Menarik Diri).
E. Mekanisme Sebab Akibat
Sebab :
Harga diri rendah yang kronis
Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu
sehingga klien lebih suka sendiri dan selalu menghidari orang lain. Pasien
mengurung diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak
realistik.
Akibat :
Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik.
(Carpenito,1996)
Mekanisme : Menarik diri pada individu dapat mengakibatkan perubahan
persepsi sensori : halusinasi. Hal ini disebabkan karena dengan menarik diri,
klien hanya menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang berlebihan.
Tanda dan gejala Halusinasi :
a. Bicara, senyum / tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara, melihat,
mengecap, menghidu.
c. Merusak diri sendiri / orang lain /
lingkungan.
d. Tidak dapat membedakan hal yang
nyata dan tidak nyata.
e. Tidak dapat memusatkan perhatian dan
konsentrasi.
f. Pembicaraan kacau, kadang tidak
masuk akal.
g. Sikap curiga dan bermusuhan.
h. Ketakutan.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Menarik diri, menghindari dari orang
lain.
k. Menyalahkan diri sendiri/ orang
lain.
l. Muka merah kadang pucat.
m. Ekspresi wajah bingung.
n. Tekanan darah naik.
o. Nafas terengah- engah.
p. Nadi cepat.
q. Banyak keringat.
F. Karakteristik Perilaku
a. Gangguan pola makan : tidak nafsu
makan atau makan berlebihan.
b. Berat badan menurun atau meningkat
secara drastis.
c. Kemunduran secara fisik.
d. Tidur berlebihan.
e. Tinggal di tempat tidur dalam waktu
yang lama.
f. Banyak tidur siang.
g. Kurang bergairah.
h. Tidak memperdulikan lingkungan.
i. Kegiatan menurun.
j. Immobilisasai.
k. Mondar-mandir (sikap mematung,
melakukan gerakan berulang).
l. Keinginan seksual menurun.
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien
sebagai usaha untuk mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata
yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien
menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi.
H. Daftar Masalah
No.
|
Data Fokus
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
|
DO
:
- Berbicara dan tertawa sendiri
- Bersikap seperti mendengar atau
melihat sesuatu.
- Berhenti berbicara di tengah
kalimat seperti mendengar sesuatu.
- Disorientasi.
DS
:
- Pasien mengatakan : Mendengar
suara – suara, melihat gambaran tanpa adanya stimulasi yang nyata, mencium
bau tanpa stimulasi.
|
Perubahan Persepsi sensori
halusinasi
|
Isolasi sosial
|
2.
|
DO:
- Tidur berlebihan
- Tidak memeprdulikan lingkungan.
- Kegiatan menurun, mobilitas kurang
- Klien tampak diam, melamun dan
menyendiri.
DS
:
- Klien mengatakan lebih suka
sendiri daripada berhubungan dengan orang lain.
|
Gangguan isolasi sosial : menari
diri
|
Harga diri rendah
|
3,
|
DO
:
- Klien tampak lebih suka
menyendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, menciderai
diri/mengakhiri kehidupan.
DS
:
- KLien mengatakan saya tidak bisa,
saya tidak mampu, bodoh tidak tau apa – apa, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan rasa malu terhadap diri sendiri.
|
Harga diri rendah
|
Mekanisme koping tidak adekuat
|
I. Penatalaksanaan
Menurut Keliat, dkk.,(1998), prinsip
penatalaksanaan klien menarik diri adalah :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Ciptakan lingkungan yang terapeutik
c. Beri klien kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya
d. Dengarkan klien dengan penuh empati
e. Temani klien dan lakukan komunikasi
terapeutik
f. Lakukan kontak sering dan singkat
g. Lakukan perawatan fisik
h. Lindungi klien
i. Rekreasi
j. Gali latar belakang masalah dan beri
alternatif pemecahan
k. Laksanakan program terapi dokter
l. Lakukan terapi keluarga
Penatalaksanaan
medis (Rasmun,2001) :
a. Obat anti psikotik
1) Clorpromazine (CPZ)
a) Indikasi
Untuk syndrome psikosis yaitu
berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma
sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental:
waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu
bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade
dopamine pada reseptor paska sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal.
c) Efek samping
Sedasi,
gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering,
kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra
okuler meninggi, gangguan irama ja ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia
akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan
endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
d) Kontra indikasi
e)
Penyakit hati, penyakit darah,
epilepsi, kelainan jantung, febris,ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran disebabkan CNS Depresan.
2) Haloperidol (HP)
a) Indikasi
Berdaya
berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam fungsi
kehidupan sehari -hari.
b) Mekanisme kerja
Obat
anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor paska sinaptik neuron di
otak khususnya sistem limbik dan sistim ekstra piramidal.
c) Efek samping
Sedasi
dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering,
kesulitan miksi dan defikasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
d) Kontra indikasi
Penyakit
hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit
SSP, gangguan kesadaran.
3) Trihexy phenidyl (THP)
a) Indikasi
Segala
jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,sindrom
parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat
anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor p aska sinaptik nauron
diotak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal.
c) Efek samping
Sedasi
dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik/
parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan irama jantung).
d) Kontra indikasi
Penyakit
hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, fibris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kerusakan
interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel,
tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya
(Stuart dan Sundeen, 1998).
Kerusakan sosial adalah suatu
keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan
kualitas yang tidak efektif (Towsend, 1998). Klien yang mengalami kerusakan
interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain yang
salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.
Menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri
baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung
(isolasi diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC. 1998
Budi
Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK
UI. 1999
Townsed,
Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri:pedoman untuk
pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D.
Jakarta. EGC. Jakarta1998.
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa.
Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar