REFRESING

REFRESING
GILI TRAWANGAN

Selasa, 20 November 2012

GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
            Kerusakan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif (Towsend, 1998). Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain yang salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.
            Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).
               Perilaku Menarik Diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan degan orang lain. (Rawlins, 1993, hal 336).
            Menarik Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya, individu tidak ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung.  (Petunjuk teknis Askep pasien gangguan skizofrenia hal 53).
B.     Tujuan
1.             Memahami tugas mata kuliah keperawatan jiwa.
2.             Mengetahui gangguan interaksi social.



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian
            Kerusakan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen, 1998).
            Kerusakan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif (Towsend, 1998). Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain yang salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.
            Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).
            Perilaku Menarik Diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan degan orang lain. (Rawlins, 1993, hal 336).
Menarik Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya, individu tidak ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung.  (Petunjuk teknis Askep pasien gangguan skizofrenia hal 53).
            Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1999).
B.     Tanda Dan Gejala
a.       Data Subjektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
b.      Data Objektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
1)       Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2)      Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
3)      Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
4)      Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5)      Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
6)     Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7)      Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8)      Posisi janin pada saat tidur.
C.         Rentang Respon Sosial
            Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang respons yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respons yang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan respons maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan budaya setempat. Respons sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari - hari adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan kesepian.
Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut :
              
Respon adaptif                                                                  Respon maladaptive

a.       Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :
1)      Menyendiri(Solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2)      Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3)      Bekerja sama (mutualisme)
adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4)      Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal
b.      Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :
1)      Menarik diri
merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2)      Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
3)      Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
4)      Narkisisme
Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosenetris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
5)      Tergantung (dependen)
terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
6)      Curiga
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.
D.     Etiologi
            Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.
Tanda dan gejala harga diri rendah :
Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)
a.       Mengejek dan mengkritik diri sendiri
b.      Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
c.       Rasa bersalah atau khawatir
d.      Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.
e.       Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
f.       Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social
g.       Menarik diri dari realitas
h.      Merusak diri
i.        Merusak atau melukai orang lain
j.        Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah
     Selain itu terdapat beberapa faktor predisposisi (pendukung) dan factor presipitasi (pencetus) terjadinya gangguan hubungan sosial :
a.      Faktor Predisposisi
1)      Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selam proses pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari (pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
2)      Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa kelainan pada struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3)      Faktor sosial – budaya
Faktor sosial – budaya dapat menjadi faktor pendukugn terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).

b.      Faktor presipitasi (pencetus)
1)      Stresor sosial – budaya
Stresor sosial – budaya dapat menyebabkan gangguan dalam berhubungan, misalnya keluarga yang labil.
2)      Stresor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (Menarik Diri).
E.     Mekanisme Sebab Akibat
Sebab : Harga diri rendah yang kronis
Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu sehingga klien lebih suka sendiri dan selalu menghidari orang lain. Pasien mengurung diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak realistik.
Akibat : Halusinasi
            Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito,1996)
Mekanisme : Menarik diri pada individu dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori : halusinasi. Hal ini disebabkan karena dengan menarik diri, klien hanya menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang berlebihan.
Tanda dan gejala Halusinasi :
a.       Bicara, senyum / tertawa sendiri.
b.      Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.
c.       Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
d.      Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
e.       Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
f.       Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
g.       Sikap curiga dan bermusuhan.
h.      Ketakutan.
i.        Sulit membuat keputusan.
j.        Menarik diri, menghindari dari orang lain.
k.      Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.
l.        Muka merah kadang pucat.
m.    Ekspresi wajah bingung.
n.      Tekanan darah naik.
o.      Nafas terengah- engah.
p.      Nadi cepat.
q.      Banyak keringat.
F.     Karakteristik Perilaku
a.       Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
b.      Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
c.       Kemunduran secara fisik.
d.      Tidur berlebihan.
e.       Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
f.       Banyak tidur siang.
g.       Kurang bergairah.
h.      Tidak memperdulikan lingkungan.
i.        Kegiatan menurun.
j.        Immobilisasai.
k.      Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
l.        Keinginan seksual menurun.

G.     Mekanisme Koping
               Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha untuk mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi.
H.     Daftar Masalah
No.
Data Fokus
Masalah
Etiologi
1.
DO :
-          Berbicara dan tertawa sendiri
-          Bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu.
-          Berhenti berbicara di tengah kalimat seperti mendengar sesuatu.
-          Disorientasi.
DS :
-          Pasien mengatakan : Mendengar suara – suara, melihat gambaran tanpa adanya stimulasi yang nyata, mencium bau tanpa stimulasi.
Perubahan Persepsi sensori halusinasi
Isolasi sosial
2.
DO:
-          Tidur berlebihan
-          Tidak memeprdulikan lingkungan.
-          Kegiatan menurun, mobilitas kurang
-          Klien tampak diam, melamun dan menyendiri.
DS :
-          Klien mengatakan lebih suka sendiri daripada berhubungan dengan orang lain.
Gangguan isolasi sosial : menari diri
Harga diri rendah
3,
DO :
-          Klien tampak lebih suka menyendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, menciderai diri/mengakhiri kehidupan.
DS :
-          KLien mengatakan saya tidak bisa, saya tidak mampu, bodoh tidak tau apa – apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan rasa malu terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah
Mekanisme koping tidak adekuat

I.     Penatalaksanaan
 Menurut Keliat, dkk.,(1998), prinsip penatalaksanaan klien menarik diri adalah :
a.       Bina hubungan saling percaya
b.      Ciptakan lingkungan yang terapeutik
c.       Beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
d.      Dengarkan klien dengan penuh empati
e.       Temani klien dan lakukan komunikasi terapeutik
f.       Lakukan kontak sering dan singkat
g.       Lakukan perawatan fisik
h.      Lindungi klien
i.        Rekreasi
j.        Gali latar belakang masalah dan beri alternatif pemecahan
k.      Laksanakan program terapi dokter
l.        Lakukan terapi keluarga
Penatalaksanaan medis (Rasmun,2001) :
a.       Obat anti psikotik
1)      Clorpromazine (CPZ)
a)      Indikasi
                 Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,    kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.

b)      Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor paska sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal.
c)      Efek samping
Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama ja ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
d)     Kontra indikasi
e)      Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan CNS Depresan.
2)      Haloperidol (HP)
a)      Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari -hari.
b)      Mekanisme kerja
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistim ekstra piramidal.


c)      Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi,    antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi,    hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan    irama jantung).
d)      Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.
3)      Trihexy phenidyl (THP)
a)      Indikasi
Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
b)      Mekanisme kerja
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal.
c)      Efek samping    
Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan irama jantung).
d)      Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, fibris,  ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kerusakan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen, 1998).
            Kerusakan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif (Towsend, 1998). Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain yang salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.
            Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).

DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999
Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta. EGC. Jakarta1998.
 Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999


Tidak ada komentar:

Posting Komentar