ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN NY “S” DENGAN DIAGNOSA
MEDIS STROKE HEMORAGIK DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD Dr. R.
SOEDJONO SELONG
OLEH : KELOMPOK 2
1.
AHMAD
HAZRO’I
2.
BQ. EMA
NOVITASARI
3.
MAMAN
ROHIMAN
4.
NURUL HADI
5.
SAPIHUDDIN
6.
SITI
SUFIANI A.H
PROGRAM
STUDI: S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) HAMZAR LOMBOK TIMUR NTB
2012/2013
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN NY “S”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE HEMORAGIK DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RSUD Dr. R. SOEDJONO
SELONG
Telah
diperiksa dan disetujui untuk dipersentasikan pada:
Hari :
Tanggal :
Ruang :
Selong, Februari 2012
Mengetahui
Pembimbing Akademik
( Ns. H.L. ARIES FAHROZI, S.Kep)
|
Pembimbing Klinik
( RULLY HADI PRABOWO, S.ST )
|
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Stroke
bukan merupakan penyakit tunggal tetapi merupakan kumpulan tanda dan gejala
dari beberapa penyakit diantaranya, hipertensi, penyakit jantung, peningkatan
lemak dalam darah, DM, dan penyakit vaskuler periver. (Markus, 2001)
Stroke
adalah serangan otak yang timbul secara mendadak dimana terjadi gangguan fungsi
otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh
karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu di otak sehingga
menyebabkan sel- sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat- zat makanan dan
akhirnya dapat terjadi kematian sel- sel tersebut dalam waktu relatif singkat.
(Yayasan Stroke Indonesia, 2009)
Stroke
Hemoragik (SH) adalah penurunan neurologis otak yang terjadi secara mendadak
yang disebabkan gangguan aliran darah ke otak akibat pecahnya pembuluh darah
otak.
B. Etiologi
Menurut Sylvia Lorraine (2006),
Stroke Hemoragik terjadi akibat:
1. Perdarahan
Interserebrum hipertensif.
2. Perdarahan
Subaraknoid (PSA); Rupture anurisma seluler (berry), Rupture Malvormasi
Atriovena (MAV), Trauma.
3. Penyalahgunaan
kokain, Amfetamine.
4. Perdarahan
akibat tumor otak.
5. Infark
Hemoragik.
6. Penyakit
perdarahan sistemik termasuk penggunaan obat antikoagulan.
C. Klasifikasi
Stroke Hemoragik diklasifikasikan
menjadi 2 jenis:
1. Stroke
Hemoragik Intraserebral: perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
2. Stroke
Hemoragik Subaraknoid: perdarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid ( ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak.
Anurisma, Hipertensi
|
Terjadi perdarahan Otak
|
Ekstravasasi darah di otak
|
Tekanan /perfusi serebral
|
Herniasi
otak
|
Menyebar ke hemisfer otak
|
TIK
|
Nyeri
|
Iskemia
|
Metabolisme anaerob
|
anoksia
|
Pompa Na+ dan Ka+
gagal
|
Aktifitas elektrolit terhenti
|
Na+ dan H2O
masuk ke sel
|
Acidosis Metabolik
|
Gangguan Perfusi jaringan
serebral
|
Pompa Na+ gagal
|
Nekrosis jaringan dan edema
|
Edema intra &Ekstrasel
|
Gangguan persepsi sensori
|
Nekrosis jaringan dan edema
|
Gangguan komunikasi verbal
|
Kematian progresif sel otak
(defisit fungsi otak)
|
Gangguan bicara/penglihatan,
|
Lesi Korteks
|
Lesi di Kapsul
|
Lesi batang otak
|
Lesi di Med. Spinalis
|
Kerusakan Nerves I-XII
|
Kesulitan mengunyah &
menelan, refleks batuk
|
Resiko Ketidak efektifan jalan jalan nafas
|
Resiko gangguan nutrisi
|
Gangguan mobilisasi
|
Lesi upper & lower motor
neuron
|
Tirah baring lama
|
Resiko gangguan integritas
kulit
|
Defisit perawatan diri
|
Gangguan eliminasi urin
|
Pola nafas tidak efektif
|
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada
klien SH seperti:
1. Pengaruh terhadap status mental:
a.
Tidak
sadar : 30% - 40%
b.
Konfuse
: 45% dari pasien biasanya sadar
2. Daerah arteri serebri media, arteri
karotis interna akan menimbulkan:
a.
Hemiplegia
kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)
b.
Afasia
bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)
c.
Apraksia
bila mengenai hemisfer non dominant(30%)
3. Daerah arteri serebri anterior akan
menimbulkan gejala:
a.
hemiplegia
dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)
b.
inkontinensia
urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena.
4. Daerah arteri serebri posterior
a.
Nyeri
spontan pada kepala
b.
Afasia
bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)
5. Daerah vertebra basiler akan
menimbulkan:
a.
Sering
fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak
b.
Hemiplegia
alternans atau tetraplegia
c.
Kelumpuhan
pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil)
Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala
dapat berupa:
1. Stroke hemisfer kanan
a.
Hemiparese
sebelah kiri tubuh
b.
Penilaian
buruk
c.
Mempunyai
kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh ke sisi
yang berlawanan
2. Stroke hemisfer kiri
a.
Mengalami
hemiparese kanan
b.
Perilaku
lambat dan sangat berhati-hati
c.
Kelainan
bidang pandang sebelah kanan
d.
Disfagia
global
e.
Afasia
f.
Mudah
frustasi
F.
Analisis Kegawat Daruratan Stroke Hemoragik
Dalam
tatalaksana stroke hemoragik waktu merupakan hal yang sangat penting mengingat
jendela terapinya hanya berkisar antara 3 sampai 6 jam. Tindakan gawat darurat
untuk stroke hemoragik akut sebaiknya ditekankan pada hal- hal sebagai berikut:
1.
Stabilisasi
pasien.
2.
Pemeriksaan
darah, EKG dan Rontgen Thoraks.
3.
Penegakan
diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
4.
Pemeriksaan
CT Scan kepala atau MRI sesegra mungkin.
Pendekatan
yang dilakukan digawat darurat sebaiknya singkat dan terfokus pada hal- hal
sebagai berikut.
1.
Apa
saja gejala yang muncul?
2.
Kapan
gejala tersebut muncul?
3.
bagaimana
tanda vital pasien?
4.
Apakah
pasien mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus, atau penyakit jantung?
5.
Apakah
pasien memakai aspirin atau warfarin?
Tindakan yang
harus segera dilakukan digawat darurat:
1.
Pengawasan
jalur IV dengan cairan normal salin 0,9 % dengan kecepatan 20 ml/ jam. Cairan
hipotonis seperti dextrose sebaiknya tidak digunakan karena dapat memperhebat
edema serebri.
2.
Pemberian
oksigen melalui nasal kanul.
3.
Jangan
memberikan apapun melalui mulut.
4.
Pemeriksaan
EKG.
5.
Pemeriksaan
Rontgen thoraks.
6.
Pemeriksan
darah.
Darah perifer lengkap dan hitung trombosit, kimia darah (
glukosa, ureum, creatinin, dan elektrolit ), PT (protrombin time), PTT (partial
tromboplastin time).
7.
Jika
ada indikasi lakukan pemeriksaan : kadar alcohol, AGD, skrining toksikologi.
8.
Pemeriksaan
CT Scan kepala tanpa kontras.
9.
Pasien
dengan kesadaran sangat menurun (stupor/ koma) ataupun dengan gagal nafas perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan intubasi sebelum CT Scan.
Hal yang
harus selalu diingat adalah komplikasi tersering yang dapat menyebabkan
kematian, herniasi transtentorial dapat terjadi pada infark yang luas ataupun
perdarahan luas dengan perluasan ke ventrikel atau perdarahan subaraknoid,
pneumonia aspirasi juga penyebab kematian yang cukup sering pada stroke akut .
semua pasien stroke akut harus diperlakukan sebagai pasien dengan disfagia
sampai terbukti tidak. Komplikasi lainnya adalah infark miokard akut sekitar 3%
penderita stroke iskemik mengalami komplikasi ini.
G. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat
dilakukan adalah :
1. laboratorium:
mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila perlu
analisa gas darah, gula darah dsb.
2. CT
scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
3. MRI
untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak
4. Angiografi
untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang
terganggu.
5. Fungsi
Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli
serabral dan TIA, sedangkan tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menujukan adanya hemoragi suaraknoid intrakranial. Kadar protein meningkat pada
kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses imflamasi.
6. Mengidentifikasi
maslah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin adanya daerah lesi yang
spesifik.
7. Menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas;
klasifikasi karptis interna terdapat pada trombosis serebral.
8. Ultrasonografi
Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri
karotis), aliran darah / muncul plak (arteriosklerotik).
H. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan penderita dengan SH
adalah sebagai berikut:
1. Posisi
kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan
jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
ogsigen sesuai kebutuhan.
3. Tanda-tanda
vital diusahakan stabil
4. Bed
rest
5. Koreksi
adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung
kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian
cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa
murni atau cairan hipotonik.
9. Hindari
kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan
TIK.
10. Nutrisi
per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau
ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
11. Penatalaksanaan
spesifiknya yaitu dengan pemberian obat
neuroprotektor, antikoagulan, trombolisis intraven, diuretic, antihipertensi,
dan tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi (Sylvia dan Lorraine 2006).
I. Konsep Proses Keperawatan Gawat Darurat
Stroke Hemoragik
I.
Pengkajian
·
Identitas Klien: meliputi nama, umur (
kebanyakan terjadi pada usia tua) jenis kelamin, alamat, agama, tanggal
pengkajian, jam, No. RM.
·
Identitas penanggung jawab: meliputi
nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, hubungan dengan klien.
·
Keadaan Umum: lemah/ berat
a. Pengkajian Primer
A (Airway): untuk
mengakaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan servikal, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, distress pernafasan, ada secret atau tidak.
B
(Breathing): kaji henti nafas dan adekuatnya pernafasan, frekuensinafas dan
pergerakan dinding dada, suara pernafasan melalui hidung atau mulut, udara yang
dikeluarkan dari jalan nafas.
C (Circulation): kaji ada tidaknya denyut nadi, kemungkinan
syok, dan adanya perdarahan eksternal, denyut nadi, kekuatan dan kecepatan,
nadi karotis untuk dewassa, nadi brakialis untuk anak, warna kulit dan
kelembaban, tanda- tanda perdarahan eksternal, tanda- tanda jejas atu trauma.
D
( Disabiliti): kaji kondisi
neuromuscular pasien, keadaan status kesadaran lebih dalam (GCS), keadaan
ekstrimitas, kemampuan motorik dan sensorik.
E
( Exposure): kontrol lingkungan, penderita harus dibuka seluruh pakaiannya.
b. Pengkajian Skunder
1. Riwayat penyakit
a. Keluhan Utama
b. Riwayat penyakit sekarang dengan
metode:
S
( sign & symtoms ): tanda dan gejala yang diobsevasi dan dirasakan klien.
A ( allergen ): alergi yang
dipunyai klien.
M
( Medication ): tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi masalah.
P
( pertinent past medical history ): riwayat penyakit yang diderita klien.
L
( last oral intake solid or liquid ): makan/
minum terakhir, jenis makanan,adanya penurunan atau peningkatan kualitas makan.
E ( even leading
to injuri or illness): pencetus/ kejadian penyebab keluhan.
Untuk
mengkaji nyeri
P: pencetus,
tanyakan hal yang menimbulkan.
Q: kwalitas,
keluhan klien ( subyektif ).
R: arah
perjalanan nyeri.
S: kwantitas,
skala nyeri 1-10 ( 1 tidak nyeri, 10 sangat nyeri ).
T: lamanya nyeri
dirasakan.
2. Tanda- tanda
vital
·
Tekanan darah: systole 100- 140 mmHg,
diastole 60- 90 mmHg ( pada kasus stroke hemoragik terjadi peningkatan ).
·
Nadi: 60- 100 kali/ menit.
·
Suhu: 36- 37,5 C.
·
Pernafasan: 16- 20 kali/ menit.
3. Pengkajian
Head to toe terfokus
a.
Pengkajian kepala, leher & wajah.
b.
Pengkajian dada.
c.
Abdomen dan pelvis.
d.
Extremitas.
e.
Tulang belakang.
f.
Psikososial
4. Pemeriksaan penunjang
1.
Radiologi dan Scaning.
2.
Laboratoriuum: AGD, darah tepi,
elektrolit, urinalisa, glukosa,
3.
EKG.
5. Teraphy
II. Diagnosa Keperawatan
1.
Pola nafas tidak efektif b/d Penekanan
pusat nafas.
2.
Gangguan ferfusi jaringan serebral b/d Iskemia
3.
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d
Adanya sumbatan jalan nafas.
III. Intervensi
DX
I
Tujuan:
Pola nafas efektif
KH:
- Frekuensi nafas dalam batas normal(16-20 x/menit)
-
Tidak ada tarikan dinding dada, otot bantu pernafasan (-)
-
Irama nafas teratur, optimal
Intervensi
1.
Observasi frekuensi, irama, kedalaman suara nafas.
R/
Takipneu, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal menunjukkan pola nafas
yang tidak efektif.
2.
Observasi penggunaan otot bantu
pernafasan
R/
Pengguanaan otot bantu pernafasan menunjukkan pola nafas yang tidak efektif.
3.
Berikan posisi semi fowler jika tidak
ada kontraindikasi
R/
Posisi semi fowler akan menurunkan diafragma sehingga memberikan pengembangan pada
orang paru.
4.
Perhatikan pengembangan dinding dada.
R/
Menunjukkan ekspansi paru.
5. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada
kontraindikasi
R/
Strategi untuk bernafas efektif
6. Kolaborasi pemberian O2.
R/
Pernafasan dapat efektif
DX
II
Tujuan;
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan
serebral tercapai maksimal.
KH:
Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan
nyeri kepala, mual (-), muntah (-) kejang (-), GCS: E4V5M6, kesadaran: cm,
pupil isokor, reflek cahaya (-), TTV dalam batas normal TD: systole: 100-140
mmHg, dystole 60- 90 mmHg, Nadi 60- 100 x/menit, suhu: 36- 37,5 C, RR: 16- 20
x/menit.
Intervensi
1.
Ukur tanda-tannda vital
R/
Mengetahui intervensi selanjutnya.
2.
Kaji karakteristik nyeri
R/
Untuk mengetahui seberapa berat nyeri dirasakan.
3.
Observasi perubahan tingkat kesadaran
R/
Mengetahui tingkat kesadaran klien lebih dini dapat menentukan intervensi
selanjutnnya.
4.
Tinggikan kepala 15- 30° jika tidak ada kontraindikasi.
R/
Menguranggi tekanan arteri yang meningkatkan drainage vena & memperbaiki
sirkulasi serebral.
5.
Observasi kecukupan cairan
R/
cairan yang cukup mencegah dehidrasi.
6.
Kolaborrasi dalam pemberian O2, pemasangan infus
R/
Pemberian terapi dapat diberikan dengan
tepat.
7.
Berikan terapi sesuai dengan indikasi.
R/
terapi yang tapat memberikan kesembuhan pada klien.
DX
III
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam jalan nafas tetap
efektif.
KH:
Klien tidak sesak nafas, tidak terdengar suara nafas tambahan, Rhonci(-),
Whezing(-), tidak ada retraksi otot bantu pernafasan, pernafasan teratur,
frekuensi 16- 20 x/menit.
Intervensi:
1.
Bersihkan jalan nafas.
R/
Jalan nafas yang bersih memberikan nafas yang efektif.
2. Berikan posisi semi fawler.
R/ Memberikan ekspansi paru
sehingga klien dapat barnafas efektif.
3. Lakukan pangisapan lendir.
R/ lender, sekret mempengaruhi
jalan nafas, dan jalan nafas tetap bersih.
4. Pasang Oro/Naso faringeal airway
R/ Klien dapat bernafas dengan
baik.
5. Berikan posisi miring mantap jika
pasien tidak sadar.
R/ Lendir atau sekret tidak
tertelan.
6. Lakukan jaw thrust, chin lift
R/ membuka jalan nafas.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
KLIEN NY “S” DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE HEMORAGIK DI RUANG INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD) RSUD Dr. R.
SOEDJONO SELONG
I. Pengkajian
-
Identitas Klien
Nama : NY “S”
Umur : 74 Tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat
:Pengoros,
Lekong Pituk, Sikur
Tanggal
MRS : 25 Januari 2012 Jam: 22.35
Tanggal
Pengkajian : 25 Januari 2012 Jam: 22.40
Diagnosa
Medis : Stroke Hemoragik
No.
Rekam Medis : 181320
-
Identitas Penanggung Jawab
Nama : NY “S”
Umur : 40 Tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat
: Pengoros,
Lekong Pituk, Sikur
Hubungan
dengan Klien : Ibu Kandung
-
Keadaan Umum: Berat
a.
Pengkajian Primer
A ( airway ) : Tampak adanya sumbatan jalan nafas, tampak lidah jatuh kebelakang, terdengar suara
snoring, tampak ada sekret.
B ( Breathing ) :
Frekuensi nafas: 32 x/menit, tampak adanya tarikan dinding dada.
C ( Circulation ) : Nadi:
98x/ menit, nadi carotis teraba, klien tampak pucat, tidak tampak cyanosis,
CRT: < 2 dtk, akral HKM.
D
( Disability ) : Kesadaran: Coma, GCS: E1V1M Total:3
E
( Exposure ) : Tidak ditemukan adanya
luka, jejas ataupun trauma.
b.
Pengkajian Skunder
1.
Riwayat Penyakit
a.
Keluhan Utama: Klien tidak sadar.
b.
Riwayat Penyakit Sekarang
S: Anak
klien mengatakan klien tiba- tiba tidak sadar saat akan mengambil air wudhu
untuk shalat maghrib pukul 18.30.
A: Anak klien
mengatakan klien tidak mempunyai alergi makanan, minuman & Obat- obatan.
M: Anak klien
mengatakan kalau datang sakitnya langsung berobat ke mantra dan mengkonsumsi
obat yang diberikan dan tidak mengetahui
nama obat tersebut.
P: Anak
klien mengatakan klien ada riwayat hipertensi sejak lama, DM (-).
L: Anak klien
mengatakan klien mengkonsumsi nasi, ketan dan minuman air putih biasa, dan
tidak ada riwayat muntah 1 jam sebelum dibawa ke Rumah Sakit.
E: Anak klien
mengatakan klien tiba- tiba tidak sadar, saat mengambil air wudhu dan tidak
ditemukan adanya luka.
2. Tanda- tanda vital
·
Tekanan Darah : 230/ 120 mmHg.
·
Nadi :
115 x/ menit.
·
Pernafasan : 32 x/menit
·
Suhu :
36,5 C
3. Pengkajian
Head To Toe Terfokus
a. Pengkajian Kepala, Wajah & Leher
Kepala: bentuk normochepalik,
rambut tampak ubanan, terlihat agak jarang, tidak tampak adanya trauma ataupun
jejas.
Wajah: - Mata: Pupil Isokor 4mm/
4mm, Skelera: tidak anemis, tidak pucat , konjungtiva: tidak pucat.
-
Hidung: tidak tampak adanya lendir ataupun darah, serta tidak tampak
adanya polip hidung.
-
Telinga: tidak tampak adanya penumpukan serumen.
Leher: Tidak tampak adanya pembesaran vena
jugularis, tidak tampak adanya kaku kuduk.
b. Pengkajian Thoraks
I: Tampak adanya tarikan dinding dada.
A:
Pulmo: Rhonci +/+, Whezing -/-
Cor: S1S2 tunggal regular.
P: Keadaan kulit HKM, tidak ada inflamasi.
P: Pekak.
c. Pengkajian
Abdomen
I:
Abdomen datar, tidak tampak adanya jejas atau trauma.
A:
BU+N.
P: Tympani.
P: Tidak ada nyeri tekan.
d. Pengkajian
Ekstremitas
Atas: Terpasang infuse Ns 20 tpm pada lengan kiri,
Akral HKM.
Kekuatan
otot: 0/0.
Bawah: Tidak tampak adanya luka
atau fraktur, akral HKM. Kekuatan otot: 0/0.
Hemiparese (-), Hemiplegi (-).
e. Pengkajian Tulang Belakang
Tidak tampak adanya cedera tulang belakang.
f. Pengkajian
Psikososial
Reaksi emosional: Klien tampak tidak sadar.
4. Pemeriksaan penunjang
EKG: 26 Januari 2012, pukul: 16.00, hasil: Asistole.
Laboratorium: Tanggal 25 januari 2012.
Glukosa Sewaktu: 169 mg/dl nilai normal: < 160
mg/dl.
SPO2: 93 %.
5. Terapy
1. O2: 3-5 lpm.
2. IVFD: NS 20 TPM.
3. Inj. Piracetam 3x1 gram IV.
4. Inj. Citicolin 2x1 Amp IV.
5. Pasang DC & NGT.
6. P.O Captopril 3x25 mg per NGT.
Analisa Data
Nama : NY “S”
Umur : 74 Tahun
NO. RM : 181320
Symtoms
|
Etiologi
|
Problem
|
DS: Kien tidak sadar
DO: K/U: Berat
Kesadaran: Coma
GCS: E1V1M1 Total: 3
Tampak adanya
sumbatan jalan nafas.
Tampak lidah jatuh
kebelakang.
Snoring ada.
Sekret ada.
Stridor tidak ada.
|
Adanya sumbatan jalan nafas
Ketidak efektifan jalan nafas
|
Ketidak
Efektifan jalan nafas.
|
DS: Kien tidak sadar
DO: K/U: Berat
Kesadaran: Coma
GCS: E1V1M1 Total: 3
Frekuensi nafas: 32
x/ menit.
Tampak klien bernafas
melalui hidung.
Tampak adanya tarikan
dinding dada.
Pulmo: Vesikuler +/+,
Rhonci +/+, Whezing -/-.
SPO2: 93 %.
|
Penekanan Pusat nafas
Perubahan Pola Nafas
|
Perubahan Pola
Nafas
|
DS: Kien tidak sadar
DO: K/U: Berat
Kesadaran: Coma
GCS: E1V1M1 Total: 3
Pupil: Isokor 4mm/ 4
mm.
|
Aktivitas elektrolit terhenti
Edema intra & ekstar sel
Gangguan perfusi jaringan Serebral
|
Gangguan
Perfusi Jaringan Serebral
|
Rumusan
Diagnosa Keperawatan
NO DX
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TGL
Muncul
|
TGL
Teratasi
|
I
|
Ketidak Efektifan jalan nafas b/d Adanya sumbatan
jalan nafas
d/d
Kien tidak sadar, K/U: Berat, kesadaran: Coma, GCS: E1V1M1 Total: 3, Tampak
adanya sumbatan jalan nafas, Tampak lidah jatuh kebelakang, Snoring ada,
Sekret ada, Stridor tidak ada.
|
25-01-2012
|
Klien Meninggal
|
II
|
Perubahan Pola Nafas
b/d Penekanan pusat nafas d/d Kien tidak sadar, K/U: Berat, Kesadaran: Coma,
GCS: E1V1M1 Total: 3, Frekuensi nafas: 32 x/ menit, Tampak klien bernafas
melalui hidung, Tampak adanya tarikan dinding dada, Pulmo: Vesikuler +/+,
Rhonci +/+, Whezing -/-, SPO2: 93 %.
|
25-01-2012
|
Klien Meninggal
|
III
|
Gangguan Perfusi
Jaringan Serebral b/d Iskemia d/d Kien tidak sadar, K/U: Berat, Kesadaran: Coma,
GCS: E1V1M1 Total: 3, Pupil: Isokor 4mm/ 4 mm.
|
25-01-2012
|
Klien Meninggal
|
III. Rencana Tindakan Keperawatan.
Nama : NY
“S”
Umur : 74
Tahun
NO. RM : 181320
NO
|
TGL/Waktu
|
DX
|
Tujuan
|
Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
25/01/2012
22.50
|
I
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam jalan nafas efektif.
|
Tidak ada
sumbatan jalan nafas.
Lidah tidak
jatuh kebelakang.
Snoring (-)
Tidak tampak
distres pernafasan.
RR dalam batas
normal : 16- 20 x/ menit.
|
1.
Jelaskan kepada keluarga tentang kondisi klien.
2.
Bersihkan jalan nafas dengan suctioning.
3.
Bebaskan jalan nafas dengan Pasang oro/ nasofaringeal airway.
4.
Berikan posisi kepala hiperekstensi.
5.
Lakukan monitoring
-Peningkatan
jumlah sekret.
-
Suara snoring.
-
TTV: TD, N, S, RR
-
Pemasangan mayo tube
|
1.
Agar keluarga ikut berpartisipasi dalam asuhan keperawatan.
2. Jalan nafas yang
bersih memberikan nafas yang efektif, lendir, sekret, mempengaruhi jalan
nafas.
3. Klien dapat
bernafas dengan baik.
4. Membebaskan jalan
nafas.
5. Menentukan
intervensi selanjutnya.
|
2
|
25/01/2012
22.50
|
II
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam pola nafas normal.
|
- Frekuensi nafas dalam batas 16- 20 x/ menit.
- Tidak ada tarikan dinding dada, snoring (-).
- SPO2 dalam batas normal: 95- 100 %.
|
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang kondisi klien.
2. Tingkatkan
pengembangan dada dengan memberikan bantalan di bahu klien.
3. Lakukan
fisioterapi dada jika tidak ada kontraindikasi.
4. Observasi
frekuensi, irama kedalaman, suara nafas.
5. Observasi
penggunaan otot bantu pernafasan.
6. Perhatikan
pengembangan dinding dada.
7. Kolaborasi dalam
pemberian O2.
|
1.
Agar keluarga ikut berpartisipasi dalam asuhan keperawatan.
2. Menurunkan diafragma sehingga memberikan pengembangan
pada organ paru.
3. Startegi untuk
bernafas efektif.
4. Takipneu, irama
yang tidak teratur dan bernafas dangkal menunjukkan pola nafas tidak efektif.
5. Penggunaan otot
bantu pernafasan menunjukkan pola nafas tidak efektif.
6. Menunjukkan
ekspansi paru.
7. Pernafasan dapat
efektif.
|
3
|
25/01/2012
22.50
|
III
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24
jam diharapkan perfusi jaringan serbral tercapai maksimal.
|
- TTV dalam batas Normal
TD: systole 100-140 mmHb
Diastole 60- 90 mmHg
Nadi: 60- 100 x/ menit.
Suhu: 36- 37,5 C
RR: 16- 20 x/ menit.
Akral: HKM
Produksi urine 1cc/kgBB: 500 cc.
SPO2 >95%
|
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang kondisi klien.
2. Lakukan monitoring
terhadap:
- Tanda- tanda vital.
- Produksi urin.
- Penggunaan O2 dengan masker 8 lpm.
3. Tinggikan kepala
15- 30° C.
4. Lakukan
fisioterapi pasif.
5. Observasi
perubahan tingkat kesadaran.
5. Observasi
kecukupan cairan infus.
6. Kolaborasi dalam
pemberian teraphy.
|
1.
Agar keluarga ikut berpartisipasi dalam asuhan keperawatan.
2. Mengetahui
intervensi selanjutnya.
3. Mengurangi tekanan
arteri yang meningkatkan drainage vena.
4.Mengembangkan
ekspansi paru.
5. Mengetahui
intervensi selanjutnya.
5. Cairan yang cukup
mencegah dehidrasi.
6. Pemberian terapi
yang tepat dapat memberikan kesembuhan klien.
|
IV. Tindakan Keperawatan
Nama : NY
“S”
Umur : 74
Tahun
NO. RM :
181320
TGL/
Waktu
|
DX
|
Implementasi
|
Respon
Hasil
|
TT
|
25/01/2012
22.55
|
I
|
1.
Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi klien.
2.
Melakukan Pengisapan lendir dengan cara suctioning.
3.
Memasang mayo.
4.
Monitoring peningkatan sputum.
5.
Monitoring adanya suara snoring.
6.
Monitoring TTV. TD, N, S, RR
|
1.
Keluarga dapat memahami kondisi klien.
2.
Masih ada sekret dan lender.
3.
Klien dapat bernafas.
4.
Tampak adanya sputum.
5.
Terdengar suara snoring.
6.
TD: 230/100 mmHg, Nadi: 98/ menit, Suhu: 36,2 C, RR: 32x/ menit.
|
|
25/01/2012
22.55
|
II
|
1.
Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi klien.
2.
Memberikan O2.
3.
Mengobservasi frekuensi nafas, irama, kedalaman suara nafas.
4.
Mengobservasi penggunaan otot bantu pernafasan.
5.
Memperhatikan pengembangan dinding dada.
|
1.
keluarga dapat memahami kondisi klien.
2.
3 lpm.
3.
Frekuensi nafas : 32 x/mnt, Ronchi +/+, whizzing-/-.
4.
Tarikan dinding dada (+).
5.
Dinding dada dapat mengembang dan mengempis.
|
|
25/01/2012
22.55
|
III
|
1.
Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi klien.
2.
Mengukur tanda- tanda vital.
3.
Memasang infuse.
4.
Memberikan terapi sesuai advis dokter
5.
Mengobservasi perubahan tingkat kesadaran.
|
1.
Keluarga dapat memahami kondisi klien.
2.
TD: 230/100 mmHg, Nadi: 98/ menit, Suhu: 36,2 C, RR: 32x/ menit.
3.
IVFD: NS 20 tpm.
4.
- Inj. Piracetam 3x 1g.
-
Inj. Citicoline 2x1 amp.
-
P.O captopril 3x25 mg/ NGT.
5.
- Kesadaran somnolent.
-
GCS: E1V1M1 Total: 3.
|
|
26/01/2012
15.15
|
I
|
1.
Melakukan Pengisapan lendir dengan cara suctioning
2.
Monitoring peningkatan sputum.
3.
Monitoring adanya suara snoring.
|
1.
Masih ada sekret dan lender.
2.
Tampak adanya sputum.
3.
Terdengar suara snoring.
|
|
26/01/2012
15.15
|
II
|
1.
Membrikan O2.
|
1.
Dengan nasal kanule 5 lpm.
|
|
26/01/2012
15.15
|
III
|
1.
Mengobservasi perubahan tingkat kesadaran.
|
1.
Kesadaran: coma
GCS: E1V1M1 total :3
|
|
V. Catatan Perkembangan
Nama : NY
“S”
Umur : 74
Tahun
NO. RM :
181320
TGL/
Waktu
|
DX
|
Evaluasi
|
TT
|
26/01/2012
15.00
|
I
|
S :
Klien tidak sadar.
O
: - K/U: Berat
- Kesadaran: coma
GCS: E1V1M1 Total: 3.
- Tampak ada sumbatan
jalan nafas, Sekret (+).
A:
Masalah belum teratasi.
P
: Lanjutkan intervensi no. 2 & 4.
|
|
26/01/2012
15.00
|
II
|
S :
Klien tidak sadar.
O
: - K/U: Berat,
- Kesadaran: coma
GCS: E1V1M1 Total: 3.
- Frekuensi nafas: 32
x/ menit.
- tidak tampak cyanosis.
- SPO2: 83 %
A
: Masalah belum teratasi.
P
: Lanjutkan intervensi no. 4, 5 & 7.
|
|
26/01/2012
15.00
|
III
|
S :
Klien tidak sadar.
O
: - K/U: Berat.
- Kesadaran: coma GCS:
E1V1M1 Total 3.
A
: Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi no. 2, 4, 5 & 6
|
|
26/01/2012
16.00
|
I, II & III
|
S :
Klien tidak sadar.
O
: - K/U: Berat.
- kesadaran: Coma
GCS: E1V1M1 Total 3.
- EKG: Asistole.
- Pupil Dilatasi (
Midriasis)
A
: Masalah tidak teratasi ( Klien meninggal )
P
: Intervensi dihentikan
Merawat Jenazah.
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
Black,
Joice. M., & Hawk, Jane. H. (2005). Medical Surgical Nursing; clinical management
for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis : Elsevier. Inc
Carpenito, L. J.
2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi X. Jakarta: EGC
Departemen
Kesehatan RI (2007) Modul 4 Proses Keperawatan Gawat Darurat. Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik. Jakarta
Doenges,
Marilynn E. dkk. (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan,
EGC; Jakarta
Price,
S. A & Wilson, L. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit; alih
bahasa, Brahm U. Pendit..[et. al].
Edisi 6. Jakarta: ECG.
Rasyid,M.
2001. Unit Stroke; manajemen stroke komprehensif. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Rochani,
Siti, 2000, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Saraf
Indonesia, Surabaya.
Satyanegara,
1998, Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Smeltzer,
S. C et.al (2005), Brunner&Suddarth’s: Textbook of Medical Surgical Nursing.9th.
Philadelphia: Lippincott
Soepardjo.
2009. Sekilas Tentang Stroke. Yayasan
stroke Indonesia. Edisi November 2009.
Sudoyo,
A. W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. FK-UI.
Jakarta. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FK-UI.
Susilo,
Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu
Pendekatan Baru Millenium III, Bangkalan.
Utami,
I. M. 2004. Gambaran Faktor - Faktor Risiko Yang Terdapat Pada Penderita Stroke
Di Rsud Kabupaten Kudus Tahun 2002. (http: //skripsi fkm.undip.ac.id/index.php)
yayayayyay
BalasHapus