REFRESING

REFRESING
GILI TRAWANGAN

Senin, 19 Desember 2011


BAB I

PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
                        Tehnik Distraksi yang mencakup, menfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi strategi yang dapat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap tekhnik kognitif afektif lainnya. ( Arntz,dkk, 1991; devine, 1990).
Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien),. Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).
B.        Tujuan
            1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
2. Untuk Mengetahui Bagaimana tehnik distraksi dapat memanipulasi Faktor- faktor yang mempengaruh  pengalaman nyeri.


BAB II

PEMBAHASAN
A.                Pengertian
Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien),. Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain , sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.

B.        Jenis Tehnik Distraksi
            1) Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.


2) Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007).
Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah membuktikan, Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.
Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan (Andreana, 2006)
3) Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.
Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.
4) Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.
5) Tehnik pernafasan
Seperti bermain, menyanyi, menggambar atau sembayang
6) Imajinasi terbimbing
Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari dari perhatian terhadap nyeri
C.        MACAM-MACAM TEHNIK DISTRAKSI
1.     Bernafas pelan-pelan.
2.    Masase sambil menarik nafas pelan.
3.    Mendengarkan lagu sambil menepuk-nepukan jari/kaki.
4.    Membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata.
5.    Menonton TV (acara kegemaran).

D.        BIMBINGAN IMAJINASI (GUIDED IMAGERY)
1.     Bina Hubungan saling percaya
2.    Jelaskan prosedur : tujuan, posisi, waktu, dan peran perawat sebagai pembimbing.
3.    Anjurkan klien mencari posisi yang nyaman menurut klien
4.    Duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu.
5.    Lakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien.
6.    Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau tidak nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien siap.
7.   Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indra dengan suara yang lembut.
8.   Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangannya dan saat itu perawat tidak perlu bicara lagi.
9.   Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau tidak nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien telah siap.
10. Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15 menit, klien harus memperhatikan tubuhnya, lalu catat daerah yang tagang dan daerah ini akan digantikan dengan relaksasi. Biasanya klien rileks setelah menutup mata atau mendengarkan musik yang lembut sebagai background  yang membantu.
11. Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk digunakan informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak membuat perubahan pernyataan klien.

Ket:
Peptida opioid endogen ( endogenous opioid peptide, EOP; yang juga disebut β endorfin ) berasal dari proopiomelanokortin (POMC), yang juga merupakan precursor untuk ACTH. ACTH dan EOP dilepaskan dari hipofisis anterior. EOP dapat dilepaskan secara langsung sebagai respon terhadap stress atau setelah stimulasi oleh CRH dari Hipotalamus.
EOP memiliki beberapa fungsi fisiologis, yang mencakup efek pada nyeri, pengaturan nafsu makan, dan modulasi respons stres melalui aksis HPA. Fungsi EOP diyakini mencakup hal sebagai berikut:
Mengurangi respons dan pengalaman nyeri ( EOP sering disebut sebagai “ morfin alami “ tubuh ). Akan tetapi, pajanan yang berkepanjangan terhadap nyeri atau stressor lain dapat mengurangi simpanan EOP yang menyebabkan peningkatan persepsi nyeri dan keputus asaan. 
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
1.      Tehnik distraksi adalah pengalihan dari tres perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain.
2.      Jenis Tehnik Distraksi: 1) Distraksi visual, 2) Distraksi pendengaran, 3) Distraksi pernafasan, 4) Distraksi intelektual, 5) Tehnik pernafasan, 6) Imajinasi terbimbing
3.      Peptida opioid endogen ( endogenous opioid peptide, EOP; yang juga disebut β endorfin ) berasal dari proopiomelanokortin (POMC), yang juga merupakan precursor untuk ACTH. ACTH dan EOP dilepaskan dari hipofisis anterior. EOP dapat dilepaskan secara langsung sebagai respon terhadap stress atau setelah stimulasi oleh CRH dari Hipotalamus.
EOP memiliki beberapa fungsi fisiologis, yang mencakup efek pada nyeri, pengaturan nafsu makan, dan modulasi respons tress melalui aksis HPA. Fungsi EOP diyakini mencakup hal sebagai berikut:
Mengurangi respons dan pengalaman nyeri ( EOP sering disebut sebagai “ morfin alami “ tubuh ). Akan tetapi, pajanan yang berkepanjangan terhadap nyeri atau stressor lain dapat mengurangi simpanan EOP yang menyebabkan peningkatan persepsi nyeri dan keputus asaan. 
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol.1, Edisi 8, EGC, Jakarta

J. Corwin Elizabet (2009). Buku Saku Patofisiologi. Buku Kedokteran EGC Jakarta














Tidak ada komentar:

Posting Komentar