REFRESING

REFRESING
GILI TRAWANGAN

Minggu, 18 Desember 2011

ANTIBIOTIK


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.
Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati.Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada Perang Dunia I.
Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit.Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut "peluru ajaib", yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan.
Pada permulaan tahun 1920, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa suatu produk dalam airmata manusia dapat melisiskan (menghancurkan) sel bakteri. Zat ini disebut lysozyme, yang merupakan contoh pertama antibakteri yang ditemukan pada manusia.Seperti pyocyanase, lysozyme juga menemukan jalan buntu dalam usaha pencarian antibiotik yang efektif, karena sifatnya yang merusak sel-sel bakteri non-patogen.Namun pada tahun 1928 Fleming secara kebetulan menemukan antibakteri lain. Sekembali liburan akhir pekan, Fleming memperhatikan satu set cawan petri lama yang ia tinggalkan. Ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia goreskan pada cawan petri tersebut telah lisis. Lisis sel bakteri terjadi pada daerah yang berdekatan dengan cendawan pencemar yang tumbuh pada cawan petri. Ia menghipotesa bahwa suatu produk dari cendawan tersebut menyebabkan lisis sel stafilokokus. Produk tersebut kemudian dinamai penisilin karena cendawan pencemar tersebut dikenali sebagai Penicillium notatum.Walaupun secara umum Fleming menerima pujian karena menemukan penisilin, namun pada kenyataannya secara tehnik Fleming "menemukan kembali" zat tersebut. Semula Ernest Duchesne, seorang mahasiswa kedokteran Perancis, yang menemukan sifat-sifat penisilium pada tahun 1896, namun gagal dalam melaporkan hubungan antara cendawan dan zat yang memiliki sifat-sifat antibakteri, sehingga Penisilium dilupakan dalam komunitas ilmiah sampai penemuan kembali oleh Fleming.
B.  Tujuan Penulisan
1. Untuk memnuhi tugas Mata Kuliah Farmakologi
2. Untuk mengetahui obat Antibiotik
3. Untuk mengetahui jenis Antibiotik













BAB II
PEMBAHASAN
A.  Definisi
Antibiotik adalah zat yang di bentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan organisme lain.
B.   Jenis Antibiotik
     Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya.
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
a. Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
Mekanisme Kerja : Berikatan dengan Ribosom secara irreversible pada ribosom sehingga menyebabkan gangguan yang kompleks pada sintesis protein.
b. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
Mekanisme Kerja : Menghambat pembentukan dinding sel dengan cara menghambat alanin transpeptida sehingga pita gikon pada dinding sel tidak menyatu.
c. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Golongan Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
Mekanisme Kerja : Merusak membrane sitoplasma mikroba.
e. Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Golongan Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.
g. Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
h. Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
     Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
  1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem, vankomisin, basitrasin.
  2. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
  3. Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.
  4. Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.
  5. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
6.      Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin.
     Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif.
     Sebagian besar antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh pabrik obat, dan nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau golongan kimianya. Contoh nama dagang dari amoksilin, sefaleksin, siprofloksasin, kotrimoksazol, tetrasiklin dan doksisiklin, berturut-turut adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, dan Vibramycin.
     Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
     Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes mata, dan tetes telinga.
     Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Tehnik khusus seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi. Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya tidak.
     Tehnik kultur bakteri juga dapat dilakukan, dengan cara mengambil bakteri dari infeksi pasien dan kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara bakteri ini tumbuh dan penampakannya dapat membantu mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri, sensitivitas antibiotik juga dapat diuji.
     Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang benar, seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak waktu antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan obat lain.
     Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada akhirnya akan mengurangi atau menghilangkan keefektifannya.
Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh, Biaxin (klaritromisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur (teofilin, obat asma).
     Berikan informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.
Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter. Sekalipun sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan.
Bila pemakaian antibiotik terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh bakteri mati, sehingga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten berkembang sehingga menyebabkan infeksi ulang.
C.   Efek Samping
     Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek samping ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala ringan, diare ringan, dan mual.
     Dokter perlu diberitahu bila terjadi efek samping seperti muntah, diare hebat dan kejang perut, reaksi alergi (seperti sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada bibir, muka atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada lidah, dan gatal dan bilur merah pada vagina.
D.  Resistensi Antibiotik
     Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya resistensi antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, misalnya bakteri yang awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten.
Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada gen bakteri yang disebabkan oleh dua proses genetik dalam bakteri:
1.      Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal)
Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada kromosom bakteri memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri. Pada lingkungan tertentu antibiotika yang tidak termutasi (non-mutan) mati, sedangkan antibiotika yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang kemudian tumbuh dan berkembang biak.
2.      Perubahan gen antar strain dan spesies (atau evolusi horisontal)
Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme lain. Contohnya, streptomises mempunyai gen resistensi terhadap streptomisin (antibiotik yang dihasilkannya sendiri), tetapi kemudian gen ini lepas dan masuk ke dalam E. coli atau Shigella sp.
     Beberapa bakteri mengembangkan resistensi genetik melalui proses mutasi dan seleksi, kemudian memberikan gen ini kepada beberapa bakteri lain melalui salah satu proses untuk perubahan genetik yang ada pada bakteri.Ketika bakteri yang menyebabkan infeksi menunjukkan resistensi terhadap antibiotik yang sebelumnya sensitif, maka perlu ditemukan antibiotik lain sebagai gantinya. Sekarang penisilin alami menjadi tidak efektif melawan bakteri stafilokokus dan harus diganti dengan antibiotik lain.
Tetrasiklin, yang pernah dijuluki sebagai "obat ajaib", kini menjadi kurang bermanfaat untuk berbagai infeksi, mengingat penggunaannya yang luas dan kurang terkontrol selama beberapa dasawarsa terakhir. Keberadaan bakteri yang resisten antibiotik akan berbahaya bila antibiotik menjadi tidak efektif lagi dalam melawan infeksi-infeksi yang mengancam jiwa.Hal ini dapat menimbulkan masalah untuk segera menemukan antibiotik baru untuk melawan penyakit-penyakit lama (karena strain resisten dari bakteri telah muncul), bersamaan dengan usaha menemukan antibiotik baru untuk melawan penyakit-penyakit baru.
     Berkembangnya bakteri yang resisten antibiotik disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah penggunaan antibiotik yang berlebihan. Ini mencakup seringnya antibiotik diresepkan untuk pasien demam biasa atau flu. Meskipun antibiotik tidak efektif melawan virus, banyak pasien berharap mendapatkan resep mengandung antibiotik ketika mengunjungi dokter. Setiap orang dapat membantu mengurangi perkembangan bakteri yang resisten antibiotik dengan cara tidak meminta antibiotik untuk demam biasa atau flu.
E.   Contoh Obat Antibiotik
1. Amoxicillin
a. Komposisi :
§  Tiap sendok teh (5 ml) Suspensi mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat 125 mg.
§  Tiap kapsul mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat 250 mg.
§  Tiap kaptab mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat 500 mg.
b. Cara Kerja Obat
                        Amoksisilina merupakan senyawa penisilina semi sintetik dengan aktivitas antibakteri spectrum luas yang bersifat bakterisid.Aktivitasnya mirip dengan ampisilina, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram- positif dan beberapa gram- negative yang pathogen.Bakteri pathogen yang sensitive terhadap amoksisilina adalah Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. Pneumoniae, N. Gonorrhoa, H. Influenzae, E. coli, P. mirabilis. Amoksisilina kurang efektif terhadap spesies shigella dan Bakteri penghasil beta- laktamase.
c. Indikasi
Amoksisilina efektif terhadap :
o   Infeksi saluran pernapasan kronik dan akut: Pneumonia, Faringitis (tidak untuk faringitis gonore), ronchitis, laryngitis.
o   Infeksi salurann cerna : Disentri basiler
o   Infeksi saluran kemih: Gonore tidak terkomplikasi, Uretritis, Sistitis, Pielonefritis.
o   Infeksi lain ; Septikemia, Endokarditis.
d. Posologi
                        Dosisi amoksisilina disesuaikan dengan jenis dan beratnya infeksi. Anak- anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20- 40 mg/ kg berat badan sehari, terbagi dalam 3 dosis. Dewasa atau anak dengan berat badan lebih 20 kg : 250- 500 mg sehari, sebelum makan. Gonore yang tidak terkomplikasi: amoksisilina 3 gr dengan probenesid 1 gram sebagai dosis tunggal.
e. Peringatan dan perhatian
                        Pasien yang alergi terhadap sefalosporin mengakibatkan  terjadiny “ cross allerginecity”( alergi silang ). Penggunaan dosis tinggi atau jnagka lama dapat menimbulkan superinfeksi  ( biasanya disebabkan: enterobacter, Pseudomonas, S. aureus, candida ), terutama pada saluran gastrointestinal. Hati- hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui dapat menyebabkan sensitivitas pada bayi.
f. Efek Samping
                             Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urticaria, ruam kulit, pruritus, angioedema, dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis dan stomatitis.
g. Kontraindikasi
     Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.
h. Intraksi obat
     Probenesid memperlambat ekskresi amoksisilina.
i. Cara Penyimpanan
     Simpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering.
j. Cara Rekonstitusi Suspensi
Tammbahkan 50 ml air, kocok sampai suspense homogen. Setelah 7 hari suspense yang sudah direkostitusi tidak boleh digunakan lagi.
2. Cotrimoxazole
a. Komposisi
§  Tiap tablet mengandung 20 mg trimetoprim dan 100 mg sulfametoksazole.
§  Tiap 5 ml suspensi mengandung 40 mg trimetoprim dan 200 mg sulfametoksazoole.
§  Tiap tablet mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazole.
b. Cara Kerja Obat
            Cotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan kombinasi sulfametoksazole dan trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang besar karena menghambat pada dua tahap biosintesa asam nukleat dan protein yang sangat esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spectrum aktivitas luas dan efektif terhadap bakteri gram- positif dan gram- negative, misalnya Streptococci, Staphylococci, Pneumococci, Neisseri, Bordetella, Klebsiella, Shigella dan Vibrio cholerae. Cotrimoxazole juga efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibakteri lain seperti H. influenza, E. coolli, P. mirabilis, P. vulgaris dan berbagai strain staphylococcus.
c. Indikasi
Infeksi saluan kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli, Klebsiella sp, Enterobakter sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulagaris. Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus influenzae. Infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae. Enteritis yang disebabkan Shigella flexneri, Shigella sonnei. Pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii. Diare yang disebabkan oleh E. colli.
d. Dosis
Ø  6 minggu – 6 bulan     : 120 mg, 2 kali sehari
Ø  6 bulan – 6 tahun        : 240- mg, 2 kali sehari
Ø  6- 12 tahun                  : 480 mg, 2 kali sehari
Ø  Dewasa dan anak ditas 12 tahun        : 960 mg, 2 kali sehari
e. Peringatan dan Perhatian
       pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis harus dikurangi untuk mencegah terjadinya akumulasi obat. Selama pengobatan dianjurkan untuk banyak minum, minimal 1,5 liter sehari. Pada gangguan jangka panjang sebaiknya dilakukan ppemeriksaan darah secara periodic karena kemungkinan terjadi diskrasia darah.
f. Efek Samping
       efek samping jarang terjadi pada umumnya ringan, seperti reaksi hipersensitif, ruam kulit, sakit kepala dan gangguuan pencernaan misalnya muual, muntah, dan diare.
g. Kontraindikasi
       Penderita  gangguan  fungsi yang parah, insufisiensi ginjal, wanita hamil, wanita menyusui, bayi premature atau bayi berusia dibawah 2 bulan dan pada penderita  yang hipersensitif terhadap trimetoprim dan obat-  obat golongan sulfonamide.
h. Interaksi Obat
            warfarin, hipoglikemia oral, fenitoin, diuretic
i. Cara Penyimpanan
     Simpan di tempat sejuk dan kering, terlinduung dari cahaya.







BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Antibiotik adalah zat yang di bentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan organisme lain.
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
a. Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
c. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Golongan Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Golongan Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.
g. Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
h. Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
     Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
  • Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem, vankomisin, basitrasin.
  • Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
  • Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.
  • Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.
  • Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
  • Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin.
         Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif.









DAFTAR PUSTAKA
Brosur obat Amoxicillin Indofarma Bekasi Indonesia
Brosur obat Cotrimoxazole Indofarma Bekasi Indonesia
 Dr. Silvia Surini, Staf Pengajar Departemen Farmasi FMIPA-UI dan Anggota ISTECS chapter Jepang dengan judul asli "Antibiotik, Si Peluru Ajaib"
www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-10-Antibiotik,-Si-Peluru-Ajaib-(Bagian-Pertama).shtml - 30k –
www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-12-Antibiotik,-Si-Peluru-Ajaib-(Bagian-Kedua).shtml - 28k -











Tidak ada komentar:

Posting Komentar