PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
A. Definisi
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik
merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan
psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud
setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses
menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat
kepribadian yang bersifat menetap.
Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk
pada usia sekitar 5-6 tahun (dalam A.Supratika), yaitu: (1) tahap oral, (2)
tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6 tahun, (4) tahap laten: 6-12 tahun,
(5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal,
usia setengah baya dan usia senja (A. Supratika, Op Cit, hal. 56).
B. Struktur Kepribadian
Dalam teori psikoanalitik, struktur
kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah komponen
kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya
dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian
yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk
menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur
dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Superego adalah
bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor
baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan
ego.
Gerald Corey menyatakan dalam perspektif
aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai sistem energi, dimana dinamika
kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi psikis
kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, maka satu
diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada, dengan
mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan
oleh energi psikis yang menggerakkan.( Ibid ).
C. Persepsi
tentang sifat manusia
Menurut Sigmund
Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak
disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada
masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa
aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik.
Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan
tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah
dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan
pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis
menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang
dibayangkan pada orang tersebut.
Dibawah ini
beberapa contoh dan masalah tentang perkembangan kepribadian mulai dari anak
sampai lanjut usia.
1. Anak dan balita.
Banyak orangtua yang bingung menghadapi
perubahan sikap anaknya yang tiba-tiba mogok tidak mau sekolah dengan berbagai
alasan, mulai dari sakit perut, sakit kepala, sakit kaki dan seribu alasan
lainnya. Bagi orangtua yang anaknya masih kecil, pemogokkan ini tentu bikin
pusing karena menimbulkan kebingungan apakah alasan tersebut benar atau hanya
dibuat-buat.
Apakah
anak saya bermasalah? Pertanyaan itu sering sekali terdengar diucapkan oleh
para orang tua, terutama para Ibu. Umumnya mereka khawatir karena anak-anak
mereka dinilai “berbeda” dengan rekan-rekan mereka. Entah dari prestasinya,
sikap dan perilakunya, sifatnya, sampai dengan fisiknya. Jeli sekali pengamatan
para orang tua, jika sudah menyangkut perbedaan pada anak-anaknya. Selanjutnya,
orang tua cenderung berpikir “anak saya membutuhkan terapi” Artikel ini, tidak
mengajak pembaca untuk mengenal ciri-ciri anak bermasalah, namun mengajak
pembaca untuk memahami, dari mana munculnya keresahan tersebut.
- Tidak semua perbedaan yang kita lihat pada anak merupakan hal yang negatif, dan tidak semua juga positif. Orang tua seringkali lupa, bahwa ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi perbedaan setiap anak.
a. Faktor biologis & genetika (keturunan)
b. Faktor pola asuh
c. Faktor lingkungan
d. Faktor pendidikan
e. Faktor pengalaman (perjalanan dan pengalaman
hidup sehari-hari)
- Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang memiliki kondisi persis sama, bahkan kakak beradik atau anak kembar sekali pun, mengalami kondisi yang berbeda ketika mereka tumbuh dan dibesarkan. Intinya, tak ada satu manusia pun di dunia yang segala sesuatunya sama persis.
2. Remaja.
Banyak orangtua yang memiliki anak
berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak
konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak orangtua
yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab
di mata orangtua para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan
dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa
mereka pada keinginan untuk mencari jatidiri yang mandiri dari pengaruh
orangtua.
Merespon Emosi.
Kita cenderung lebih menyadari emosi bila upaya kita dalam mencapai tujuan
dihambat (marah, sedih, frustrasi, kecewa, dll). Atau sebaliknya bila tujuan
kita tercapai (senang, gembira). Bila ditelaah lebih lanjut emosi akan menjadi
semakin jelas peranannya bila kita dapat mengingat beberapa hal berikut:
a. Hampir seluruh suka dan duka dalam hidup ini berhubungan
dengan emosi
b. Seringkali perilaku manusia dihasilkan oleh kekuatan
emosional (meskipun beberapa pandangan menyatakan banyak perilaku berdasarkan
alasan logis dan objektif)
c. Seringkali pertentangan antar pribadi dihasilkan karena
penonjolan emosi (sombong, marah, cemburu, frustrasi dll)
d. Pertemuan antar pribadi seringkali disebabkan emosi
seperti belaskasih, sayang, perasaan tertarik dll.
3.
Dewasa.
Depresi dan Reformasi Diri. Banyak hal dalam hidup
orang dewasa yang bisa menjadi "kambing hitam" atau alasan seseorang
menjadi depresi. Depresi bisa melanda siapa saja tanpa pandang bulu, namun
depresi pun bisa diatasi oleh siapa saja dengan kondisi-kondisi tertentu. Kalau
dipikir-pikir, mengatasi depresi bisa dibilang sebuah pilihan sikap.
Kecanduan cinta. Istilah kecanduan cinta mungkin bukan
istilah yang umum terdengar. Istilah yang sudah umum beredar seperti kecanduan
minum, alkohol, narkoba, rokok, kerja, dan lain sebagainya. Meski pun “barang”
nya cinta, bukan berarti aman-aman saja bagi pecandunya dan tidak membawa
dampak apapun juga. Justru, dampak dari kecanduan cinta ini sama buruknya untuk
kesehatan jiwa seseorang. Buktinya, sudah banyak kasus bunuh diri atau
pembunuhan yang terjadi akibat kecanduan cinta meski korban maupun pelaku
sama-sama tidak menyadarinya.
4.
Usia Lanjut.
Pada lansia yang sehat,
kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik, kecuali kalau mereka mengalami
gangguan kesehatan jiwanya atau tergolong patologik. Sifat kepribadian seseorang sewaktu muda akan lebih
nampak jelas setelah memasuki lansia sehingga masa muda diartikan sebagai
karikatur kepribadian lansia. Dengan memahami kepribadian lansia tentu akan
lebih memudahkan masyarakat secara umum dan anggota keluarga lansia tersebut secara
khusus, dalam memperlakukan lansia dan sangat berguna bagi kita dalam
mempersiapkan diri jika suatu hari nanti memasuki masa lansia. Adapun beberapa tipe
kepribadian lansia adalah sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian Konstruktif.
Model kepribadian tipe ini sejak muda umumnya mudah menyesuaikan diri dengan
baik terhadap perubahan dan pola kehidupannya. Sejak muda perilakunya positif
dan konstruktif serta hampir tidak pernah bermasalah, baik di rumah, di sekolah
maupun dalam pergaulan sosial. Perilakunya baik, adaptif, aktif, dinamis,
sehingga setelah selesai mengikuti studi ia mendapatkan pekerjaan juga dengan
mudah dan dalam bekerjapun tidak bermasalah.
b. Tipe Kepribadian Mandiri. Model kepribadian tipe
ini sejak masa muda dikenal sebagai orang yang aktif dan dinamis dalam
pergaulan sosial, senang menolong orang lain, memiliki penyesuaian diri yang
cepat dan baik, banyak memiliki kawan dekat namun sering menolak pertolongan
atau bantuan orang lain. Tipe kepribadian ini seolah-olah pada dirinya memiliki
prinsip “jangan menyusahkan orang lain” tetapi menolong orang lain itu penting.
c. Tipe kepribadian tergantung. Tipe kepribadian ini
ditandai dengan perilaku yang pasif dan tidak berambisi sejak anak-anak, remaja
dan masa muda. Kegiatan yang dilakukannya cenderung didasari oleh ikut-ikutan
karena diajak oleh temannya atau orang lain. Karena pasif dan tergantung, maka
jika tidak ada teman yang mengajak, timbul pikiran yang optimistik, namun sukar
melaksanakan kehendaknya, karena kurang memiliki inisiatif dan kreativitas
untuk menghadapi hal-hal yang nyata.
d. Tipe Kepribadian bermusuhan. Adalah model
kepribadian yang tidak disenangi orang, karena perilakunya cenderung
sewenang-wenang, galak, kejam, agresif, semauanya sendiri dan sebagainya.
e. Tipe kepribadian kritik diri. Ini ditandai adanya
sifat-sifat yang sering menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri. Misalnya
merasa bodoh, pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang
menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan keberadaan dirinya. Sejak menjadi
siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik terhadap dirinya banyak
dilontarkan.
BAB III
KESIMPULAN
- Perkembangan
manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti
dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir
sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian
tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat
penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat meneta.
- Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego.
- Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya
DAFTAR PUSTAKA
Acehinstitute.com e- psikologi.com
Gerungan, W. A. 1996. Psikologi Sosial. (edisi kedua). Bandung : PT Refika Aditama.
http:// Agungdermawan.blogspot.com//2008/07 makalah-kepribadian.html
http: // wandablog.student.umm.ac.id/ perkembangan- kepribadian/
Mar’at, 1991. Sikap Manusia Perubahan Serta
Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia .
Robbins, S.P. 2003. Perilaku
Organisasi. Jilid I. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Garmedia.
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar